Yuliot sebelumnya mengatakan kepada Bloomberg Technoz bahwa total nilai investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan 2 juta hektare (ha) lahan tebu di Merauke, Papua Selatan hampir mencapai US$8 miliar atau setara Rp130 triliun (asumsi kurs Rp16.252,15).
Dalam proyek tersebut, bakal terdapat 5 konsorsium yang terlibat untuk mengembangkan 5 pabrik gula, lahan pabrik gula, sekaligus produksi bioetanol, kebun, dan pembangkit listrik dengan kapasitas 120 megawatt (120 MW).
Yuliot mengatakan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia tengah melakukan konsolidasi terhadap konsorsium yang berasal dari dalam negeri tersebut.
Dirinya pun mengonfirmasi bahwa PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) atau Sugar Co dan Wilmar Group bakal bergabung ke dalam konsorsium.
Dihubungi secara terpisah, Sugar Co mengonfirmasi akan mengelola lahan tebu yang disiapkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
Namun, perseroan hingga saat ini belum mendapatkan mitra atau investor yang bakal digandeng untuk mengelola lahan tebu tersebut.
Bukan hanya itu, Sugar Co mengaku juga masih dalam proses untuk mencari investor untuk mengelola lahan tebu dan pabrik gula di Sumatra Selatan, Lampung serta Sulawesi Selatan.
“Rencananya Sugar Co akan mengelola lahan tebu di Merauke bersama mitra atau investor. Sampai saat ini kami belum mendapatkan investor, masih dalam proses pencarian, baik investor untuk pengelolaan lahan tebu dan pabrik gula di Sumsel, Lampung, Sulawesi Selatan maupun di Merauke,” ujar Presiden Direktur PT SGN Aris Toharisman kepada Bloomberg Technoz, Senin (29/4/2024).
(wdh)