Logo Bloomberg Technoz

Dalam sebuah kesempatan, Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menjelaskan bahwa Indonesia setidaknya memiliki 5 proyek baterai EV.

Lantas, apa saja proyek tersebut? 

Pabrik baterai CATL di Shanghai, China./Bloomberg-Qilai Shen

1. Proyek Dragon

Proyek Dragon merupakan code name yang merujuk pada proyek pengembangan baterai EV dari hulu ke hilir bersama dengan Ningbo Contemporary Brunp Legend Co. Ltd. (CBL).  Adapun, CBL merupakan anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL).

Nilai investasi proyek dragon, dari hulu ke hilir, adalah sebesar US$5,6 miliar atau setara Rp91 triliun (asumsi kurs Rp16.254,05).

Penandatanganan dari conditional share purchase agreement (CSPA) sudah dilakukan pada 16 Januari 2023.

“Kelanjutannya adalah melakukan detail studi kelayakan [feasibility study]. Setelah itu langsung kita penandatanganan joint venture agreement [JVA] smelting, prekursor, anoda, katoda, dan sel baterai [battery cells] sampai aspek recycling,” ujar Toto dalam agenda rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI. 

2. Proyek Titan

Proyek Titan merupakan proyek bersama dengan konsorsium LG Energy Solution (LGES). Toto sempat mengatakan bahwa pemerintah pada April 2023 tengah meminta kepastian konsorsium secara tertulis.

“[Pada] 7 Februari 2023 minta kepastian konsorsium secara tertulis dan ini akan direncanakan pada awal Mei akan disampaikan. Kalau awal Mei disampaikan kita firm mengenai rencana mereka dan akan ditindaklanjuti untuk finalisasi hilirisasi LGES,” ujar Toto. 

Ilustrasi pabrik baterai. (Dok: Bloomberg)


3. Proyek Omega 

Omega merujuk pada proyek pabrik baterai EV besutan PT Hyundai LG Industry (HLI) Green Power. 

Fasilitas produksi yang saat ini telah terbangun di Karawang New Industry City (KNIC) merupakan fase pertama dari dua fase yang telah direncanakan oleh PT HLI Green Power.

Pembangunan fase pertama ini menelan investasi senilai US$1,1 miliar (sekitar Rp50,39 triliun asumsi kurs saat ini), dengan kapasitas produksi sebesar 10 GWh. Hingga pertengahan 2023, perusahaan telah mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 1.000 orang.

Nantinya, badan usaha milik negara (BUMN) bakal mendapatkan kesempatan untuk bernegosiasi dan memegang saham secara minoritas.

“Memang tidak terlalu besar, hampir 5%, tetapi akan negosiasi,” ujarnya. 

Adapun, pabrik baterai ini bakal memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor yang terintegrasi dengan pabrik EV Hyundai yang menggunakan nikel Indonesia. 

4. Proyek BESS

Proyek baterai energy storage system atau BESS dengan PT PLN (Persero). Proyek ini bakal mengubah penggunaan diesel menjadi panel surya atau solar panel dengan baterai.

5. Proyek Volt 

Melalui proyek ini, IBC berperan sebagai pemegang mayoritas saham dari produsen motor listrik nasional Gesits. 

Toto menekankan bahwa Gesits merupakan market leader dari pasar motor listrik di Indonesia. “Ini karya anak bangsa, kami dorong juga dari demand side untuk dibesarkan.” 

(dov/wdh)

No more pages