Rupiah juga terlihat masih terbebani kejatuhan nilai yen Jepang yang sempat menjebol level terlemah sejak 1990-an kemarin dan pagi ini bergerak di kisaran 156,84. Dua mata uang itu, yakni yen dan yuan adalah mata uang jangkar di Asia.
Kementerian Keuangan hari ini menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp23 triliun dan maksimal Rp34,5 triliun. "Kami memperkirakan tingkat permintaan lelang SUN hari ini naik menjadi Rp40-Rp45 triliun, dari lelang sebelumnya di kisaran Rp32,3 triliun," kata Research Team Mega Capital Sekuritas Lionel Prayadi dan Nanda Puput.
Tekanan jual di pasar surat utang sampai kemarin masih besar dengan lonjakan yield dalam perdagangan kemarin dipimpin oleh tenor pendek 1Y yang sempat menyentuh 7,27%.
Dari kacamata analis, yield SUN di atas 7% sejatinya sudah cukup menarik dengan yield spread tenor 10Y sudah di kisaran 259 bps, mungkin akan mulai menarik minat pemodal termasuk nonresiden untuk kembali masuk ke pasar surat utang.
"Kami melihat pergerakan USD/IDR masih akan tertahan di kisaran Rp16.340/US$, sedangkan dari segi imbal hasil obligasi Indonesia untuk 5Y dan 10Y terlihat menarik bila di atas 7%," kata Myrdal Gunarto, analis Maybank Sekuritas dalam catatannya.
Secara teknikal nilai rupiah masih berpotensi melemah terbatas dengan target koreksi terdekat menuju level Rp16.270/US$ yang menjadi level support lanjutan setelah break MA-50. Sementara target pelemahan berikutnya tertahan di Rp16.300/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah menuju level Rp16.350/US$ sebagai support terkuat.
Sebaliknya, bila rupiah mampu menguat hari ini, level resistance menarik dicermati ada di Rp16.200/US$ dan Rp16.150/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan optimis kembali ke level Rp16.050/US$.
(rui)