Logo Bloomberg Technoz

Investor luar negeri tetap tertarik pada Jepang melalui akuisisi skala besar di sektor perkantoran, logistik dan industri, didorong oleh kondisi keuangan yang leluasa, selisih imbal hasil yang positif, dan mata uang yang lemah.

Gedung perkantoran di Seoul./dok. Bloomberg

Sementara  itu, Korea Selatan menarik investasi sebesar US$4,3 miliar, atau meningkat 73% secara tahunan. Sektor perkantoran mendominasi investasi berkat fondasi yang stabil, tingkat ketidakterisian yang rendah, dan permintaan sewa yang kuat.

Selanjutnya, Singapura dengan investasi US$2,2 miliar mencatat pertumbuhan investasi sebesar 14% yoy berkat alokasi modal ke aset-aset ritel yang memiliki prospek sewa positif dan sebaran hasil investasi yang menguntungkan.

"Kuartal pertama mencerminkan berlanjutnya minat para investor di tengah fondasi ekonomi Asia Pasifik yang kuat dan peluang harga yang menarik di pasar serta kelas aset yang beragam," ujar CEO Asia Pacific Capital Markets JLL Stuart Crow dalam laporannya, dikutip Selasa (30/4/2024). 

"Kami melihat meningkatnya minat dari investor lokal maupun luar negeri terhadap berbagai profil risiko."

Di seluruh Asia Pasifik, perkantoran tetap menjadi sektor yang paling aktif, meskipun volume investasi mengalami penurunan sebesar 1% yoy menjadi US$12,6 miliar.

Sektor logistik dan industri serta sektor ritel masing-masing mencatat pertumbuhan volume sebesar 36% menjadi US$7,8 miliar dan 8% menjadi US$5,7 miliar secara tahunan.

Selain itu, sektor lintas batas seperti logistik & industri, ritel, dan hunian membukukan pertumbuhan secara tahunan meski dibayangi sentimen ketidakpastian harga yang menyebabkan pertumbuhan aktivitas lintas batas cenderung moderat.

Di sejumlah negara utama lainnya di kawasan ini, China mencatat volume investasi sebesar US$5,6 miliar, Australia sebesar US$3,0 miliar, dan Hong Kong sebesar US$0,7 miliar.

Angka-angka tersebut menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya. Australia dan China mengalami penurunan sebesar 19% yoy, sedangkan Hong Kong mencatat penurunan sebesar 54% yoy.

"Ketidakpastian suku bunga terus memengaruhi aktivitas investasi di Asia Pasifik, tetapi kami mulai melihat pemulihan pada tahun 2024 dan pasar menyesuaikan kembali ekspektasi mereka," kata Head of Investor Intelligence Asia Pasifik JLL Pamela Ambler.

 "Sentimen terus dipengaruhi oleh ekonomi AS yang kuat meskipun suku bunga dasarnya tinggi, yang berarti penurunan suku bunga mungkin belum akan terjadi dalam waktu dekat. Ke depannya, kami berharap aktivitas investasi akan terus menguat seiring repricing dalam perdagangan, dan investor menyesuaikan kembali portofolio dan strategi mereka dengan tingkat suku bunga saat ini."

(dov/wdh)

No more pages