Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara melesat pada perdagangan kemarin. Ke depan, bagaimanakah prospek harga si batu hitam?
Pada Senin (29/4/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini dibanderol US$ 137,4/ton. Melonjak 2,16% dibandingkan akhir pekan lalu dan menjadi yang tertinggi dalam seminggu terakhir.
Selama sepekan ini, harga batu bara masih terkoreksi 0,43% secara point-to-point. Namun dalam sebulan terakhir, harga naik 4.09%.
Permintaan yang masih tinggi menopang harga batu bara. China, konsumen batu bara terbesar dunia, diperkirakan masih terus menggunakan energi fosil ini meski ada kesepakatan untuk mempensiunkan batu bara pada 2040.
Mengutip riset DNV, lembaga riset yang berbasis di Norwegia, konsumsi batu bara China diperkirakan naik tipis dalam 2 tahun ke depan dan kemudian turun sepertiga pada 2040. Pada 2050, China masih akan mengonsumsi 25% dari konsumsi batu bara dunia.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara sudah masuk zona bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 55,27. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI sudah berada di 97,58. Sudah di atas 80 yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Dengan demikian, harga batu bara masih berpotensi naik. Target resisten terdekat ada di US$ 138/ton. Jika tertembus, maka US$ 149/ton bisa menjadi target berikutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah US$ 133/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun lagi ke arah US$ 126/ton.
(aji)