Hari ini pasar mencermati berbagai rilis data ekonomi penting dari negara-negara maju dan regional. China akan melaporkan data manufaktur yang diperkirakan akan mencatat angka pertumbuhan lebih rendah. Uni Eropa juga akan melaporkan data inflasi April sore nanti, disusul rilis indeks keyakinan konsumen AS nanti malam, bersamaan dengan dimulainya dua hari FOMC The Fed yang diperkirakan masih akan menahan Fed fund rate di 5,5%.
Dari dalam negeri, hari ini Kementerian Keuangan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp23 triliun dan maksimal Rp34,5 triliun. Tekanan jual di pasar surat utang masih besar dengan lonjakan yield dalam perdagangan kemarin dipimpin oleh tenor pendek 1Y yang sempat menyentuh 7,27% dan ditutup di 7,10%. Sedangkan tenor 10Y naik 4,2 bps ke 7,19%. Adapun tenor 5Y naik 5,9 bps ke 7,12%. Tenor panjang 30Y naik tipis 1,1 bps ke 7,10%.
Dari kacamata analis, yield SUN di atas 7% sejatinya sudah cukup menarik dengan yield spread tenor 10Y sudah di kisaran 259 bps, mungkin akan mulai menarik minat pemodal termasuk nonresiden untuk kembali masuk ke pasar surat utang. "Kami melihat pergerakan USD/IDR masih akan tertahan di kisaran Rp16.340/US$, sedangkan dari segi imbal hasil obligasi Indonesia untuk 5Y dan 10Y terlihat menarik bila di atas 7%," kata Myrdal Gunarto, analis Maybank Sekuritas dalam catatannya.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah masih berpotensi melemah terbatas dengan target koreksi terdekat menuju level Rp16.270/US$ yang menjadi level support lanjutan setelah break MA-50. Sementara target pelemahan berikutnya tertahan di Rp16.300/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah menuju level Rp16.350/US$ sebagai support terkuat.
Sebaliknya, bila rupiah mampu menguat hari ini, level resistance menarik dicermati ada di Rp16.200/US$ dan Rp16.150/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan optimis kembali ke level Rp16.050/US$.
(rui)