Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) yang anjlok 26,4%, PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) jatuh 22,4%, dan PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) ambruk 16,8%.
IHSG bergabung dari sekian Bursa Asia yang nyaman menetap di zona hijau, Shenzhen Comp. (China), KOSPI (Korea Selatan), CSI300 (China), TOPIX (Jepang), Nikkei 225 (Tokyo), Shanghai Composite (China), Hang Seng (Hong Kong), KLCI (Malaysia), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SETI (Thailand), dan Straits Times (Singapura), yang berhasil menguat masing-masing 2,31%, 1,17%, 1,11%, 0,86%, 0,81%, 0,79%, 0,54%, 0,48%, 0,38%, 0,15%, dan 0,06%.
Bursa Saham Asia dan IHSG berhasil memanfaatkan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Pada perdagangan sebelumnya, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup menghijau.
Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite yang masing-masing melesat dengan kenaikan 0,40%, 1,02%, dan 2,03%, yang didorong oleh reli perusahaan-perusahaan teknologi.
Mencermati sentimen regional, saham-saham di China dan Hong Kong telah bangkit dengan penguatan terbaiknya efek langsung dari inflasi yang tidak terlalu tinggi dan upaya Beijing untuk menghidupkan kembali pertumbuhan membuat pasar lebih ‘Tahan Banting’ terhadap spekulasi kebijakan The Fed.
Adapun Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat, dijadwalkan akan menggelar pertemuan penting Federal Open Meeting Committee (FOMC) untuk menentukan kebijakan moneter lanjutannya tahun ini, pada 30 April–1 Mei.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, tanda-tanda membaiknya momentum ekonomi China, dan pendapatan perusahaan juga menarik aliran dana masuk ke pasar-pasar yang dulunya dijauhi. Gautam Samarth, Manajer Dana Investasi Multi-Aset dari M and G Investment Management menyukai China dan Hong Kong karena “Valuasi yang menarik” dan tren yang “Unik”.
Dana pasar negara berkembang global telah berubah menjadi netral dari Underweight pada saham-saham China, sementara eksposur dana Asia sekarang berada di level tertinggi dalam tujuh bulan perdagangan, para Ahli Strategi HSBC Holdings Inc. menulis dalam sebuah catatan.
Sementara itu, UBS Group AG meningkatkan saham-saham Cina menjadi Overweight dari Neutral, mengutip prospek pendapatan perusahaan-perusahaan yang membaik, dengan upaya-upaya Beijing untuk mendukung posisi kota ini sebagai pusat keuangan yang menambah daya tariknya.
Sentimen positif juga datang dari dalam negeri, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi sepanjang Kuartal I-2024. Hasilnya, investasi berhasil tumbuh positif.
Pada Senin, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengumumkan realisasi investasi pada 3 bulan pertama di tahun 2024 yang berhasil mencapai Rp401,5 triliun. Angka itu setara dengan 32,4% dari target Rencana Strategis (Renstra) dan 24,3% dari target yang ditetapkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Sebagai informasi lengkap, Renstra menetapkan target investasi untuk tahun 2024 sebesar Rp1.239,3 triliun. Sementara, Kepala Negara ingin realisasi investasi menyentuh Rp1.650 triliun tahun ini.
(fad)