“Sudah hampir jadi, produksinya tahun ini mungkin April ya. Sudah 90% lebih, sudah hampir jadi. Pabriknya di Karawang, Jawa Barat,” ujar Agus saat ditemui di kantornya, awal Januari.
Dalam kesempatan berbeda, Bahlil juga pernah menyinggung bahwa investasi pabrik sel baterai untuk kendaraan listrik sebesar US$3,1 miliar atau Rp45,88 triliun, yang terintegrasi dengan proyek Grand Package hulu-hilir baterai.
Fasilitas produksi yang saat ini telah terbangun di Karawang New Industry City (KNIC) merupakan fase pertama dari dua fase yang telah direncanakan oleh PT HLI Green Power.
Pembangunan fase pertama ini menelan investasi senilai US$1,1 miliar (sekitar Rp50,39 triliun asumsi kurs saat ini), dengan kapasitas produksi sebesar 10 GWh. Hingga pertengahan 2023, perusahaan telah mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 1.000 orang.
Target produksi komersial pada April 2024. Bahlil mengatakan pembangunan pabrik baterai listrik ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk terus mendorong penghiliran industri nikel.
Untuk fase kedua, tahap konstruksi akan dimulai pada Januari 2024 dan berproduksi komersial pada Maret 2025 dengan kapasitas produksi sebesar 20 GWh. Nilai investasi yang ditanamkan sebesar US$2 miliar atau Rp29,60 triliun dan diperkirakan akan menyerap 2.800 tenaga kerja Indonesia.
PT HLI Green Power merupakan perusahaan patungan atau joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC).
Investasi PT HLI Green Power merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dan Konsorsium Hyundai, LG, dan IBC pada 28 Juli 2021.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk menggiatkan investasi yang akan mendukung pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
-- Dengan asistensi Sultan Ibnu Affan
(dov/wdh)