Cerita Powell Hindarkan AS Dari Resesi & Harga yang Perlu Dibayar
Ruisa Khoiriyah
29 April 2024 14:10
Bloomberg Technoz, Jakarta - Ada kekuatan besar dari sebuah kata atau kalimat. Dalam konteks pasar modal, kata-kata dari para pejabat pemerintah atau bank sentral bisa menggerakkan triliunan modal keluar masuk dengan cepat. Sebuah kalimat saja dari seorang pejabat penting pengambil kebijakan, bisa menjerembabkan ribuan atau bahkan jutaan investor entah dalam kerugian atau semakin mendulang untung besar.
Bagi perekonomian Amerika, tidak ada kata-kata yang jauh lebih menentukan dibandingkan kalimat yang terucap dari bibir seorang Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Bloomberg Economics yang mengukur sentimen The Fed, yang disusun berdasarkan algoritma bahasa oleh lebih dari 60.000 berita utama yang menyangkut The Fed, memperlihatkan bahwa pada Desember, Powell melontarkan sinyal penurunan bunga acuan. Dengan melempar sinyal itu, Powell memberikan kepercayaan diri besar bagi pasar untuk mengambil posisi dan pada akhirnya menolong perekonomian AS dari jebakan resesi.
Sejauh ini, strategi Powell tersebut ampuh. Namun, ada hal yang harus dikejar lebih lanjut setelahnya. Empat bulan berlalu dengan lonjakan kenaikan permintaan serta laju inflasi yang stagnan di atas target, kini Powell dipaksa berbalik ke arah sebaliknya yakni hawkish.
Menurut analisis ekonom Bloomberg untuk Amerika, Anna Wong dan Nick Hallmark, pembalikan sinyal ke arah hawkish itu dimulai sejak pertemuan IMF ketika dia menyatakan "akan menjadi hal yang layak untuk membiarkan lebih banyak waktu bagi kebijakan pengetatan untuk bekerja" di mana pernyataan itu langsung menjatuhkan prospek penurunan bunga The Fed menjadi lebih kecil.