Joko menjelaskan, sejumlah sektor prioritas tersebut adalah sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan perumahan, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan listrik, gas dan air bersih, serta jasa sosial.
Ia menyebut, sektor-sektor prioritas tersebut ditetapkan oleh BI karena diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi RI dan terbilang tidak memiliki risiko yang tinggi. Selain itu, berbagai sektor tersebut juga menjadi program prioritas pemerintah.
“Harapannya kredit biru ini yang sudah positif dan tinggi sebesar 12,4% sampai Maret jangan sampai turun kembali. Karena nanti di bulan Juni perbankan akan mendapat tambahan likuiditas dari insentif," sebut Joko.
Joko menegaskan, insentif pada sektor tambahan tersebut akan mulai berlaku pada 1 Juni 2024 mendatang dan diharapkan industri perbankan dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk gencar melakukan pendanaan ke sektor-sektor prioritas tersebut.
“Jadi dari sisi bank semangat, ini yang membuat kredit akan tetap tumbuh tinggi sehingga akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.
Untuk diketahui, perbankan wajib menyimpan 9% dananya di BI sebagai pemenuhan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM). Dengan insentif KLM tersebut, maka saat perbankan menyalurkan kredit ke sektor yang telah ditentukan maka kewajiban untuk memarkirkan sebagian dananya akan berkurang sebesar 4%.
(azr/roy)