Sementara bila rupiah mampu menguat hari ini, resistance pertama dan terdekat yang menarik dicermati pada level Rp16.150/US$, juga resistance selanjutnya Rp16.100/US$. Dalam jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan optimis ke level Rp16.000/US$.
Agenda penting pekan ini yang akan menjadi fokus pelaku pasar global adalah gelar Federal Open Meeting Committee (FOMC) The Fed pada 30 April-1 Mei nanti dengan prediksi FFR ditahan di level saat ini. Ada juga rilis data keyakinan konsumen AS dan data pembukaan lapangan kerja JOLTS Job Opening serta kinerja manufaktur dan sektor jasa AS.
Sedang dari kawasan Asia dan dalam negeri, pemodal akan mencermati data manufaktur China serta kinerja industri Jepang. Dari dalam negeri, pasar akan menunggu rilis data inflasi April yang dijadwalkan pada Kamis pekan ini didahului oleh lelang Surat Utang Negara (SUN) esok Selasa.
Tekanan surat utang
Keputusan Bank Indonesia menaikkan bunga acuan BI rate pekan lalu belum cukup ampuh menolong rupiah seiring langkah pemodal di pasar yang terlihat masih menghitung dampak kebijakan tersebut.
Tekanan jual berlanjut baik di pasar surat utang maupun saham. Sepanjang pekan lalu, imbal hasil SUN terus mendaki. Berdasarkan data Bloomberg, tenor 1Y melonjak hingga 10,5 bps ke 7,033% pada Jumat, disusul oleh tenor 10Y yang naik imbal hasilnya 7,9 bps menjadi 7,154%, lalu 30Y yang juga naik 2,3 bps ke 7,089%.
Sebulan terakhir, lonjakan imbal hasil terbesar dicatat tenor pendek 1Y yang naik hingga 77,7 bps, disusul tenor 4Y yang naik 60,3 bps. Tekanan jual di pasar surat utang sudah diprediksi sejalan dengan kenaikan BI rate dan sentimen buruk global yang juga memicu aksi jual di pasar obligasi dunia.
Bank Indonesia mencatat, selama 2024 ini hingga 25 April lalu, pemodal asing di Indonesia mencatat posisi jual bersih SBN sebesar Rp47,26 triliun. Selama empat hari perdagangan saja, 22-25 April, asing melepas Rp2,08 triliun.
Sedangkan di pasar saham, pemodal nonresiden kian memperkecil posisi net buy mereka dengan kini tinggal Rp9,68 triliun. Kejatuhan indeks saham, IHSG, di ujung pekan lalu hingga 1,7% memuncaki arus jual asing dari pasar ekuitas yang dalam perdagangan empat hari mencapai Rp2,34 triliun.
Namun, asing terlihat masih bertahan di sekuritas bank sentral, Sertifikat Rupiah (SRBI) dengan membukukan net buy Rp1,95 triliun meski nilai beli bersih sepanjang tahun ini semakin susut tinggal Rp9,02 triliun.
(rui)