Didiek mengatakan, KAI dan tim audit telah memeriksa set kereta yang akan dibeli di Jepang. Saat ini, dia mengklaim, seluruh kereta tersebut dalam kondisi prima dan masih beroperasi. Dia ingin memastikan, kereta bekas dari Jepang tersebut tak akan menjadi barang rongsok saat dibawa ke Indonesia.
Direktur Utama PT KCI, Suryawan mengatakan, saat ini perusahaannya memiliki 109 set kereta dengan kapasitas 436,14 juta penumpang per tahun. Padahal, perusahaan ini harus mengganti 10 trainset karena usianya sudah melebihi 15 tahun, pada 2023; dan 19 trainset, pada 2024.
Menurut dia, jika KCI tak melakukan replacement pada 29 set kereta tua, maka akan terjadi penumpukan penumpang yang sangat tinggi saat jam sibuk atau peak hour. Dia mencatat, kapasitas kereta akan mencapai 126% pada 2023 dan 195% pada 2024.
KAI dan KCI memang harus terus mengganti sarana keretanya setiap tahun karena persoalan usia dan teknologi.
Berdasarkan data KAI, saat ini sekitar 47% dari total 11.041 sarana kereta KAI atau 5.142 unit yang berusia di bawah 10 tahun. Sarana kereta yang berusia di 11 tahun hingga 20 tahun sebanyak 2.788 unit atau 25%; dan 753 unit atau 7% berusia 21 tahun hingga 30 tahun.
Sedangkan sarana kereta yang sudah sangat tua atau lebih dari 21% atau mencapai 2.538 unit. Seluruh sarana ini sudah berusia di atas 30 tahun. "Saat ini, rencana membeli kereta tak baru dari Jepang sedang diaudit BPKP," kata Suryawan.
Dia mengklaim, keputusan tersebut juga berasal dari rapat koordinasi dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi; Kementerian BUMN; Kementerian Perdagangan; dan Kementerian Perindustrian.
Dalam rapat terjadi kesepakatan, KAI boleh impor kereta bekas hanya untuk pemenuhan kebutuhan kereta pada 2023-2024, usai mendapat hasil audit dari BPKP. Sedangkan seluruh kebutuhan kereta harus dipenuhi melalui produk lokal atau INKA mulai 2025.
Pemerintah memang sudah membatasi keran impor kereta bekas dari Jepang. Hal ini terutama pada perkembangan kemampuan BUMN yang sudah mulai bisa memproduksi komponen dan unit dalam negeri.
Toh, pemerintah memberikan persetujuan kepada KAI dan KCI membeli 16 trainset atau 129 unit gerbong dari INKA dengan biaya mencapai Rp 3,6 triliun. Padahal, impor kereta dari Jepang kerap digemborkan hanya memakan biaya kurang dari Rp 1 miliar per gerbong.
(frg/wep)