Netanyahu menghadapi tekanan yang meningkat untuk mencapai gencatan senjata dengan Hamas, di tengah kekhawatiran internasional tentang rencananya menyerang kota Rafah di Gaza selatan, tempat satu juta pengungsi berlindung.
Israel telah lama mengisyaratkan niat untuk meluncurkan operasi darat di Rafah guna mencapai tujuan menghancurkan Hamas. Pejabat militer Israel memperkirakan 5.000 hingga 8.000 pejuang Hamas bersembunyi di sana, bersama dengan beberapa pemimpinnya, yang mewakili garis pertahanan terakhir mereka.
Protes di dalam Israel mengenai nasib para sandera juga meningkat. Terutama sejak Hamas merilis video terbaru seorang warga negara AS-Israel berusia 23 tahun yang ibunya merupakan aktivis paling terkemuka dalam upaya membebaskan para tahanan. Hal itu mendorong seruan agar Netanyahu mengundurkan diri, dengan banyak yang menuduh perdana menteri itu memperpanjang perang untuk tetap berkuasa meskipun gagal mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan.
Ribuan orang berkumpul di pusat kota Tel Aviv pada Sabtu malam, termasuk kerabat para tahanan di Gaza yang menuntut kesepakatan sandera dan pemilihan umum dini. “Netanyahu terbutakan oleh kekuasaan — dia harus pergi,” kata salah satu demonstran, Evyatar Gol, kepada Bloomberg News.
Mantan perdana menteri dan pemimpin oposisi Yair Lapid bergabung dalam unjuk rasa tersebut. “Netanyahu, Anda memiliki mayoritas di antara rakyat Israel untuk sebuah kesepakatan,” katanya di X, sebelumnya Twitter.
Menurut laporan Channel 12 mengutip sumber pejabat, Israel memberi tahu delegasi tingkat tinggi Mesir yang berkunjung pada Jumat bahwa mereka telah membuat konsesi yang signifikan. Tawaran terbaru tersebut merupakan "kesempatan terakhir" untuk mencapai kesepakatan sebelum memasuki Rafah.
Presiden AS Joe Biden berjanji pada Sabtu bahwa dia tidak akan "beristirahat" sampai setiap sandera dibebaskan.
"Pegang kata-kata saya. Keluarga mereka memegang janji saya," tulisnya di X, di mana ia memposting foto pertemuannya dengan Abigail Idan, sandera Amerika-Israel berusia empat tahun yang dibebaskan awal minggu ini. Idan, yang orang tuanya tewas dalam serangan Hamas, dibebaskan pada November saat pertukaran sandera.
AS telah mengupayakan gencatan senjata sementara di Gaza yang akan memungkinkan Hamas membebaskan sandera perempuan, yang terluka, lansia, dan sakit, dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina dan lonjakan bantuan kemanusiaan. Pada fase-fase berikutnya, para tawanan lainnya — termasuk jenazah mereka yang telah meninggal — dapat dibebaskan di bawah proses yang, menurut pejabat AS, pada akhirnya akan mengakhiri pertempuran.
Pembicaraan yang berlangsung antara Israel dan Hamas dimediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar.
Netanyahu memimpin pemerintah paling kanan dalam sejarah Israel dan sekutu garis kerasnya telah mengutuk upaya baru untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas. Salah satu dari mereka, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, memperingatkan apa yang dia gambarkan sebagai "kapitulasi Israel yang berbahaya" dalam postingan di X.
Arab Saudi berencana menjadi tuan rumah pembicaraan tingkat tinggi pada Senin untuk membahas masa depan Gaza. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken diperkirakan hadir dan kemudian mengunjungi Israel sehari kemudian.
Al-Hayya mengatakan kepada Associated Press pada Rabu bahwa Hamas akan meletakkan senjatanya jika negara Palestina didirikan di sepanjang perbatasan sebelum tahun 1967. Ia bersikeras bahwa mereka tidak akan mundur dari tuntutannya untuk mengakhiri perang di Gaza dan penarikan penuh pasukan Israel, yang telah ditolak oleh Israel.
Menurut sumber pejabat Hamas, tawaran Israel tidak memberikan jawaban yang jelas terhadap tuntutan Hamas untuk penarikan pasukan dan gencatan senjata menyeluruh. Kecuali jika mereka melakukan perubahan besar terhadap proposal tersebut, kemungkinan kesepakatan tersebut tercapai sangat kecil.
Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di Gaza sejak Hamas melintasi perbatasan hampir tujuh bulan lalu, menewaskan sekitar 1.200 orang. Kelompok itu menculik 250 orang lagi, lebih dari 130 di antaranya masih berada di Gaza, beberapa di antaranya sudah meninggal.
Namun, serangan Israel setelahnya telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina.
(bbn)