“Di Sukabumi dan Tasikmalaya dengan skala intensitas IV MMI artinya dirasakan oleh orang banyak yang ada di dalam rumah,” katanya.
Selanjutnya, wilayah Bandung dan Garut juga terdampak guncangan dengan skala intensitas III sampai IV MMI. Selain itu, Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, DKI Jakarta, Kebumen, hingga wilayah Jawa Tengah bahkan sampai wilayah DIY, Kebumen, Banyumas, Cilacap, dan Purwokerto dengan skala intensitas III MMI.
“Nah, III MMI itu artinya getaran dirasakan dalam rumah dan terasa seakan-akan ada truk berlalu,” jelas Dwikorita.
“Selanjutnya dirasakan pula di daerah Bantul, Sleman, Kulon Progo, DIY serta di Trenggalek, Malang dengan skala intensitas II MMI artinya getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda-benda ringan yang tergantung bergoyang-goyang,” tambahnya.
Dwikorita juga menyampaikan bahwa gempa susulan pasca terjadinya gempa sebesar 6.5 sr malam tadi, juga terjadi satu kali. Namun hingga sampai saat ini belum terjadi gempa susulan lainnya.
Minimnya gempa susulan, menurut Dwikorita, dikarenakan lokasi titik pusat gempa tersebut berada pada kedalaman 70 km yang memiliki kontur batuan yang lebih keras, sehingga menyebabkan minimnya gempa susulan
“Di Kedalaman tersebut, batuannya ini lebih homogen dan lebih keras, lebih elastis, sehingga hal ini [gempa susulan] cenderung untuk menjadikan gempa susulan itu menjadi lebih miskin, lebih sedikit,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan gempa Garut dipicu oleh adanya deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa barat.
"Atau populer disebut sebagai gempa dalam lempeng (intraslab earthquake)," tulis Daryono melalui akun Twitternya.
Daryono juga mengatakan bahwa gempa yang terjadi di Garut merupakan gempa menengah “Bukan gempa megathrust yang berpusat di bidang kontak antarlempeng. Tapi gempa ini akibat pecahnya batuan dalam lempeng Indo-Australia,” kata Daryono.
(fik/del)