Bloomberg Technoz, Jakarta - Penemuan kuburan massal di kompleks Rs Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza selatan pekan ini telah menimbulkan kesedihan dan kengerian bagi warga Palestina. Keberadaan kuburan massal tersebut juga menuai kecaman dari negara-negara sekutu Israel hingga PBB, yang menyerukan untuk segera dilakukan investigasi yang transparan dan kredibel.
Lebih dari 300 jenazah ditemukan di kuburan massal tersebut. Dewan hak asasi manusia (HAM) PBB mengatakan lebih banyak mayat ditemukan di RS al-Shifa di Kota Gaza, yang merupakan fasilitas kesehatan terbesar di wilayah tersebut.
Yang Ditemukan Sejauh Ini
Sebanyak 392 jenazah, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua, ditemukan dari kuburan massal di kompleks RS Nasser dan al-Shifa. Seperti diberitakan Al-Jazeera, staf media dan para pengungsi yang berhasil meninggalkan rumah sakit sebelum tentara Israel menarik diri telah menggambarkan situasi yang "horor, pembunuhan massal, dan penangkapan sampai-sampai seluruh rumah sakit berubah dari tempat penyembuhan menjadi kuburan besar."
Kelompok Pertahanan Sipil Palestina, seperti diberitakan Associated Press, mengatakan mereka menemukan banyak jenazah dari apa yang tampaknya merupakan kuburan sementara di dalam kompleks Nasser. Hal tersebut karena pengepungan Israel mencegah akses ke pemakaman.
Ravina Shamdasani, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan bahwa beberapa mayat yang ditemukan di rumah sakit Khan Younis "ditemukan dengan tangan terikat dan dilucuti pakaiannya".
Reaksi Pihak Israel dan Palestina
Kantor Media Pemerintah Gaza menyalahkan Israel atas penemuan kuburan massal tersebut. Media tersebut menggambarkan penemuan kuburan dan situasi keseluruhan di Nasser sebagai "kejahatan keji".
"Menyerbu dua kali, dan menghancurkan beberapa bagiannya, menunjukkan tingkat kebiadaban penjajah ini dan amoralitas tentaranya, yang menghancurkan semua aspek kehidupan dan sarana untuk bertahan hidup di dalam Jalur Gaza," katanya dalam sebuah pernyataan.
Di sisi lain, tentara Israel mengatakan klaim bahwa mereka menguburkan mayat-mayat Palestina "tidak benar dan tidak berdasar".

Dikatakan bahwa selama operasinya di daerah Rumah Sakit Nasser, mayat-mayat yang dikuburkan oleh warga Palestina "diperiksa" untuk mencoba "menemukan sandera dan orang hilang". Puluhan warga Israel masih menjadi tawanan, ditahan oleh Hamas dan pejuang Palestina lainnya di Gaza.
"Pemeriksaan dilakukan dengan cara yang hati-hati dan secara eksklusif di tempat-tempat yang menurut informasi intelijen mengindikasikan kemungkinan adanya sandera," katanya. Pihak Israel menambahkan, mayat-mayat yang diperiksa, yang bukan milik tawanan Israel, "dikembalikan ke tempatnya".
Reaksi Global
PBB menyerukan "investigasi yang jelas, transparan, dan kredibel" terhadap kuburan massal yang ditemukan di dua rumah sakit tersebut.
Juru bicara PBB Stepahne Dujarric mengatakan para penyelidik yang kredibel harus memiliki akses ke lokasi-lokasi tersebut.
Uni Eropa mendukung seruan PBB untuk melakukan penyelidikan independen.
"Ini adalah sesuatu yang memaksa kami untuk menyerukan penyelidikan independen atas semua kecurigaan dan semua keadaan, karena memang hal ini menimbulkan kesan bahwa mungkin telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia internasional," ujar juru bicara Uni Eropa, Peter Stano.
"Itulah mengapa penting untuk melakukan investigasi independen dan memastikan adanya akuntabilitas," lanjutnya.
Di AS, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, menggambarkan penemuan kuburan massal itu sebagai sesuatu yang "sangat mengganggu." Dia menambahkan, para pejabat AS telah meminta informasi dari pemerintah Israel.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengutuk "kejahatan perang keji yang terus berlanjut dan tak terkendali yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel. Yang terbaru adalah kuburan massal yang ditemukan di Kompleks Medis Nasser di kota Khan Younis"
(del)