Kejatuhan rupiah pekan lalu pada akhirnya mendorong Bank Indonesia mengerek bunga acuan BI rate pada RDG 24 April sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Kenaikan bunga acuan itu ditujukan untuk memberikan dukungan lebih besar pada rupiah menghadapi tekanan sentimen higher for longer Federal Reserve yang membuat dolar AS di atas angin.
Usai mengerek bunga acuan, rupiah memang tak serta merta menguat. Namun, Bank Indonesia terlihat sudah memperkirakan hal tersebut sejurus dengan masih tingginya ketidakpastian global.
BI bahkan melansir prediksi pergerakan rupiah pada kuartal II ini masih akan di kisaran Rp16.200/US$. Kemudian akan semakin menguat ke rentang Rp16.000/US$ pada kuartal berikutnya dan baru berpeluang meninggalkan zona psikologis itu, kembali ke Rp15.800/US$ pada kuartal akhir 2024.
Kesemua proyeksi itu berbasis skenario bahwa The Fed baru akan memangkas bunga acuan paling cepat September atau bahkan Desember dengan potensi terbuka tidak ada pivot tahun ini.
(rui)