Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah ditutup melemah pada penutupan perdagangan di pasar spot hari ini, Jumat (26/4/2024) terseret sentimen global yang berpusat pada prospek suku bunga global.

Rupiah melemah 0,14% ke level Rp16.210/US$, menjadi valuta dengan pelemahan terdalam di Asia urutan kedua setelah dolar Singapura. Sementara kurs JISDOR Bank Indonesia ditutup melemah juga di level Rp16.222/US$.

Meski mengakhiri pekan dengan pelemahan, rupiah masih mencatat kinerja lebih baik secara mingguan. Pekan lalu, rupiah mengalami minggu terburuk dengan kejatuhan nilai hingga 2,6% secara mingguan. Namun, pekan ini rupiah berhasil mencatat penguatan 0,3% dibanding level penutupan pekan sebelumnya. 

Tekanan yang lebih kecil bagi rupiah pekan ini didukung oleh langkah intervensi Bank Indonesia serta sentimen eksternal yang sempat mereda dengan indeks dolar AS melemah. Rupiah juga mendapatkan sokongan dari data neraca dagang yang mencatat lonjakan nilai surplus di atas US$4 miliar, melampaui prediksi pasar.

Melihat kinerja mata uang peers di kawasan Asia, penguatan rupiah pekan ini tidak terlalu istimewa. Pada saat yang sama, kebanyakan valuta Asia juga menguat dengan kisaran terbatas di mana ringgit naik 0,3%, rupee 0,1% dan dong Vietnam 0,4%. Sedangkan peso Filipina melemah 0,1% dan baht Thailand melemah 0,3%.

Kenaikan BI rate

Kejatuhan rupiah pekan lalu pada akhirnya mendorong Bank Indonesia mengerek bunga acuan BI rate pada RDG 24 April sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

Kenaikan bunga acuan itu ditujukan untuk memberikan dukungan lebih besar pada rupiah menghadapi tekanan sentimen higher for longer Federal Reserve yang membuat dolar AS di atas angin. 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo. (Dok: Bloomberg)

Usai mengerek bunga acuan, rupiah memang tak serta merta menguat. Namun, Bank Indonesia terlihat sudah memperkirakan hal tersebut sejurus dengan masih tingginya ketidakpastian global. 

BI bahkan melansir prediksi pergerakan rupiah pada kuartal II ini masih akan di kisaran Rp16.200/US$. Kemudian akan semakin menguat ke rentang Rp16.000/US$ pada kuartal berikutnya dan baru berpeluang meninggalkan zona psikologis itu, kembali ke Rp15.800/US$ pada kuartal akhir 2024.

Kesemua proyeksi itu berbasis skenario bahwa The Fed baru akan memangkas bunga acuan paling cepat September atau bahkan Desember dengan potensi terbuka tidak ada pivot tahun ini.

(rui)

No more pages