Dalam paparannya, dijelaskan penerimaan pajak secara bruto tumbuh sebesar 0,64 (year on year/yoy), namun secara netto mengalami kontraksi sebesar 8,86% (yoy).
“Kalau kita lihat di bulan pertama [realisasi dari target] 7,5%, Februari 13,55%, bulan ketiga ini Rp393,91 atau 19,81% [sudah dicapai],” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN April 2024, Jumat (26/4/2024).
Bendahara Negara menjelaskan besaran penerimaan tersebut disumbang dari beberapa pos penerimaan perpajakan. Pertama, Pajak Penghasilan (Pph) Non Migas menyumbangkan Rp220,42 triliun atau terkumpul 20,73% dari target dan mencatatkan pertumbuhan secara bruto 0,10% (yoy).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar Rp155,79 triliun atau tumbuh 2,57% (yoy) secara bruto. Adapun, besaran tersebut setara dengan 19,20% dari target penerimaan.
PPh Migas mencatatkan besaran Rp14,53 triliun dan dilaporkan mengalami perlambatan secara bruto sebesar -18,06% atau terkumpul 19,02% dari target.
“Mayoritas dari pajak-pajak utama kita tumbuh positif namun pertumbuhan relatif tipis, ini harus kita waspadai,” kata Sri Mulyani.
Sebagai tambahan, Kemenkeu telah melaporkan total pendapatan negara tercatat Rp620,01 triliun pada kuartal I 2024, atau menurun 4,1% dari pendapatan negara periode yang sama tahun lalu. Secara porsi, total pendapatan negara sudah 22,1% dari target sepanjang tahun ini.
Dari sisi belanja negara, pemerintah menghabiskan Rp611,9 triliun pada kuartal I 2024, atau meningkat 18% dari total belanja negara pada periode yang sama tahun lalu. Secara porsi, belanja negara tercatat sudah 18,4% dari total pagu belanja tahun ini.
Berdasarkan laporan Kemenkeu, posisi total APBN tercatat masih surplus Rp9,1 triliun atau 0,04% dari produk domestik bruto (PDB), dengan keseimbangan primer surplus Rp122,1 triliun.
(azr/lav)