Kemudian saham-saham yang melemah dalam dan menjadi top losers di antaranya PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) yang anjlok 15,8% PT Victoria Insurance Tbk (VINS) yang jatuh 13,6%, dan PT Indo Straits Tbk (PTIS) yang ambruk 13,1%.
Indeks saham utama Asia lainnya justru menguat. Hang Seng (Hong Kong), Shenzhen Comp. (China), CSI300 (China), Weighted Index (Taiwan), Shanghai Composite (China), KOSPI (Korea Selatan), TOPIX (Jepang), PSEI (Filipina), NIKKEI 225 (Tokyo), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), dan KLCI (Malaysia), yang berhasil menguat dengan laju masing-masing 2,12%, 1,78%, 1,53%, 1,32%, 1,17%, 1,05%, 0,86%, 0,82%, 0,81%, 0,38%, dan 0,38%.
Di sisi berseberangan, IHSG (Indonesia), SETI (Thailand), dan Straits Time (Singapura), yang terkoreksi masing-masing 1,67%, 0,32%, dan 0,223%.
Jadi, IHSG adalah indeks dengan pelemahan paling buruk di Asia.
Sentimen yang menggerakkan indeks dalam negeri hari ini datang dari aksi jual para investor yang belum mereda sejak pagi tadi di pasar Surat Utang Negara.
Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) melonjak di semua tenor di mana tenor 1Y kini semakin melesat ke 7,139%, disusul oleh SBN 5Y yang saat ini ada di 7,089% dan SBN 10Y turut melambung imbal hasilnya di 7,170%.
Arus keluar modal asing dari pasar investasi portofolio menyeret nilai tukar rupiah yang semakin melemah ke titik terendah sepanjang hari, Rp16.228/US$, sekaligus menjadi valuta dengan penurunan terbesar di Asia siang tadi.
Dari dalam negeri, tekanan terhadap aset-aset pasar keuangan, termasuk rupiah dan IHSG, juga datang dari laporan kinerja fiskal yang kurang baik. Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memaparkan, pendapatan negara tercatat ‘Hanya’ Rp620,01 triliun pada Kuartal I-2024, menurun 4,1% dari periode yang sama pada tahun lalu.
"Ada penurunan 4,1%, seperti diketahui tahun 2022–2023 pertumbuhan penerimaan negara sangat tinggi, jadi kalau kami memahami memang akan ada koreksi, tapi harus tetap hati-hati," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN April 2024, Jumat (26/4/2024).
Berdasarkan laporan Kemenkeu, posisi total APBN pada tutup Maret 2024 tercatat masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dengan keseimbangan primer surplus Rp122,1 triliun.
Angka ini lebih kecil dibandingkan nilai surplus pada 15 Maret lalu yaitu Rp22,8 triliun atau setara 0,10% dari PDB. Keseimbangan primer masih mengalami surplus, yaitu Rp132,1 triliun. Ini berarti terjadi 'Penyusutan' dari surplus keseimbangan primer tahun lalu sampai dengan 15 Maret 2024 surplusnya Rp213 triliun.
"Meski terlihat cukup positif, kita tetap waspada. Karena masuk Triwulan II-2024 ada banyak perubahan geopolitik dan ekonomi global yang akan berimbas pada perekonomian seluruh dunia," terangnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengungkap kewaspadaannya terhadap konflik geopolitik di Timur Tengah yang akan menyebabkan tekanan inflasi untuk Indonesia, dan akhirnya berdampak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Bendahara Negara memaparkan, konflik yang terjadi antara Iran dan Israel semakin memanas, dan menjadi pembicaraan para pemimpin negara. Menurut dia, hal ini akan membebani rantai pasok, terutama harga komoditas Minyak dan Gas (Migas) yang akan cenderung melambung dan membebani anggaran negara.
Adapun sejumlah Bursa Asia yang menghijau terpapar gerak yang berseberangan di tengah terbitnya data perekonomian Amerika Serikat semalam yang hanya mampu tumbuh dengan laju yang paling lambat, pada Kuartal I-2024 dibandingkan dengan dalam dua tahun ini, imbas dari belanja konsumen dan Pemerintah mendingin di tengah kenaikan tajam inflasi.
Produk Domestik Bruto hanya mencatat kenaikan 1,6% year-on-year, di bawah perkiraan semua ekonom, demikian estimasi awal Pemerintah. Defisit Perdagangan yang lebih luas mengurangi pertumbuhan paling besar sejak 2022. Mesin pertumbuhan utama ekonomi–belanja pribadi–aik pada laju 2,5% yang juga lebih lambat dari perkiraan.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, angka-angka tersebut mencerminkan hilangnya momentum yang penting di awal tahun 2024 setelah ekonomi Negeri Paman Sam menutup tahun sebelumnya dengan sangat kuat.
Dini hari tadi waktu Indonesia, 3 indeks utama di Wall Street kompak finis di zona merah.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menetap di zona merah dengan pelemahan mencapai 0,98% dan juga S&P 500 yang terjungkal 0,46%. Nasdaq Composite kehilangan 0,64%.
(fad)