“Lagi disurvei, kemarin [Anggota DPD Kalteng] Teras Narang bilang ada 350.000—500.000 ha. Katakan 300.000 ha, [menghasilkan] 6 ton, itu kan sudah hampir 2 juta ton padi. Kita tidak perlu impor lagi.”
Luhut menilai China bakal bertanggung jawab bila pada akhirnya proyek tersebut gagal dalam menghasilkan produksi padi di Indonesia. Sebab, teknologi dan pendanaan berasal dari Negeri Panda tersebut. “Kan dari dia [China], dia yang tanggung jawab, duitnya dari dia. Dia yang mau pinjamkan duitnya.”
Bikin Satgas
Saat ini, pemerintah juga bakal membentuk satuan tugas atau task force untuk mendukung rencana kerja sama tersebut. Luhut juga berencana untuk melaporkan perkembangan proyek ke Jokowi.
Rencana kerja sama Indonesia dan China dalam mengembangkan teknologi penanaman padi di Tanah Air, sebagaimana disampaikan Luhut, dinilai sarat tantangan.
Ekonom Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan tantangan pertama, pengenalan teknologi pertanian dari China memerlukan tingkat adaptasi yang cermat di Indonesia.
Meskipun teknologi tersebut dapat membawa potensi kemajuan; tetapi perbedaan iklim, sifat tanah, dan kondisi lokal dapat menjadi hambatan yang signifikan.
"Lebih dari itu, untuk proses adaptasi seperti ini pasti membutuhkan input dari ahli-ahli lokal agar berhasil. Tanpa keterlibatan ahli-ahli lokal, peluang gagal cukup besar," jelas Khudori dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/4/2024).
Wacana kerja sama teknologi penanaman padi dengan China tersebut pertama kali disampaikan oleh Luhut awal pekan ini.
Menurutnya, rencana kerja sama ini telah disepakati dalam Pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI-Republik Rakyat China (RRC) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pekan lalu.
"Kita minta mereka memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sukses swasembada dan mereka bersedia," kata Luhut dalam unggahan Instagram pribadi miliknya @luhut.pandjaitan, dikutip Rabu (24/4/2024).
Luhut menjelaskan kerja sama ini akan dilakukan secara bertahap unuk digarap di 1 juta ha lahan di Kalimantan Tengah. Namun, dia menyebut bahwa pemerintah masih mencari mitra lokal, dengan offtaker atau pemasok kebutuhan industri ataupun pasarnya adalah Perum Bulog.
"Kita berharap 6 bulan dari sekarang mungkin kita sudah mulai dengan proyek ini. Tinggal kita ajak anak-anak muda Indonesia yangg dibidang pertanian untuk ikut di situ," jelas Luhut.
(dov/wdh)