Bahkan setelah arus masuk bersih terhenti, IBIT dengan cepat mendekati Grayscale Bitcoin Trust, pemimpin pasar saat ini. Sekitar US$130 juta mengalir keluar dari ETF tersebut pada hari Rabu, sehingga total arus keluar tahun ini menjadi US$17 miliar, data menunjukkan.
ETF Grayscale dengan kode GBTC membebankan biaya manajemen 1,5%, tertinggi di antara kelompok reksa dana yang diluncurkan pada awal Januari. Dan dengan peluncuran ETF di Hong Kong, perang biaya yang memberikan tekanan pada GBTC mungkin akan semakin meningkat.
“Kita bisa melihat lebih banyak arus keluar karena Hong Kong meluncurkan ETF Bitcoin spot dengan dua penerbit yang membebaskan biaya manajemen,” kata Analis ETF Bloomberg Intelligence, Rebecca Sin.
Hingga pukul 14:40 waktu Indonesia Bitcoin berada di zona melemahan terbatas 0,04% dibandingkan satu jam perdagangan terakhir ke US$64.303,9. Meski demikian jika dibandingkan posisi hari Kamis masih bertumbuh 0,46% dengan nilai pasar mencapai US$1,26 triliun.
Untuk koin bervaluasi lebih kecil, Ether bahkan turun lebih dalam sekitar 0,8% ke US$3.150,37 (sekitar Rp50,4 juta). Namun hingga waktu 14:40 mencatatkan US3.135, masih berada di jalur 'hijau' 1,73% dibandingkan pekan sebelumnya.
Demam Kripto Usai, ETF BlackRock Terdampak
Selama 71 hari berturut-turut, produk ETF Spot Bitcoin BlackRock Inc menghasilkan kinerja yang luar biasa, mengumpulkan hampir US$18 miliar dalam salah satu peluncuran reksa dana yang diperdagangkan di bursa tradisional yang pernah ada. Kini, investor telah berhenti melakukan akumulasi karena demam kripto mereda.
Arus masuk harian ke dalam ETF milik BlackRock dengan kode IBIT, turun menjadi nol pada hari Rabu, data yang dikumpulkan oleh Bloomberg menunjukkan. Sejauh ini di bulan April, IBIT telah menerima US$1,5 miliar.
Pencapaian IBIT menambah tanda-tanda kelelahan pasar kripto setelah demam yang dipicu oleh ETF mendorong Bitcoin ke rekor tertinggi hampir US$74.000 pada bulan Maret.
— Dengan asistensi Sidhartha Shukla.
(wep)