Menyusul manufaktur, kontributor setoran pajak terbesar kedua pada kuartal I-2024 adalah sektor perdagangan dengan porsi 24,9% dari total penerimaan pajak periode tersebut.
“Ini kalau kita lihat pertumbuhan brutonya masih double digit 11,3%. Tahun lalu 15,9%. Jadi ini bagus,” kata Sri Mulyani. “Netonya terkontraksi tipis -1,6%. Ini juga disebutkan adanya restitusi karena lebih bayar dan mereka melakukan berbagai koreksi.”
Kontributor terbesar ketiga adalah sektor jasa keuangan dan asuransi, yang diklaim Sri Mulyani masih menunjukkan kinerja yang sehat. Kontribusi sektor tersebut mencapai 13,2% dari total penerimaan pajak dengan pertumbuhan bruto 14,9% dan neto 13,9%.
“Jadi mereka masih positif double digit, kuat di atas 10% [pertumbuhannya]. Tahun lalu lebih tinggi lagi di 30%, tetapi tahun ini masih di double digit dan bagus di sektor ini [jasa keuangan dan asuransi],” tutur menkeu.
Selanjutnya, sektor konstruksi dan real estat juga menyumbang kenaikan setoran pajak pada kuartal pertama, sehingga memberikan harapan untuk kinerja penerimaan.
Sri menyebut setoran sektor ini ditopang oleh insentif fiskal untuk perumahan berupa diskon pajak pertambahan nilai (PPN) dan bantuan biaya administrasi.
“Jadi [PPN DTP sektor properti] ini menimbulkan demand yang cukup bagus, sehingga sektor konstruksi dan real estat menyumbangkan pajak positif lebih kuat dari tahun lalu. Secara neto masih tumbuh 7,9%, bruto 15,3%.”
Pertambangan Anjlok
Selanjutnya, Sri Mulyani menyebut kontribusi penerimaan pajak dari sektor pertambangan justru terkoreksi sangat dalam pada kuartal I-2024.
“Tahun lalu 72,3% [kontribusi pertambangan ke penerimana pajak], dan turun drastis dan terus menurun pada 2024 sehingga penerimaan pajak dari pertambangan turun -39,4%. Secara neto turunnya 58,2%,” kata menkeu.
Dari sektor transportasi dan pergudangan, penerimaan pajaknya tercatat masih tumbuh positif dengan setoran bruto sebesar 9,6% dan neto 4,7%. Adapun, setoran bruto jasa perusahaan mencapai 8,9% dan neto 7,6%.
“Ini menggambarkan cukup mixed, ada yang terus berkembang merespons insentif yang kami berikan, dan ada yang terkena imbas global karena harga komoditas,” kata Sri Mulyani.
Terakhir, sektor komunikasi memberikan sumbangan bruto sebesar 20,3% ke penerimaan pajak kuartal pertama, sedangkan netonya 22,5%.
“Ini yang perlu kita lihat dan waspadai agar secara keseluruhan ekonomi kita tetap terjaga momentumnya. Meskipun ada beberapa sektor yang tidak immune terhadap [dinamika ekonomi global dan lokal],” terangnya.
Sekadar catatan, pendapatan negara secara kumulatif pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp620 triliun atau 22,1% dari target APBN 2024. Capaian tersebut terkoreksi 4,1% dari periode yang sama tahun lalu.
(wdh)