Hari ini, rupiah dibuka melemah di tengah sentimen data ekonomi AS yang makin memupus peluang penurunan bunga acuan Federal Reserve. Rupiah dibuka lemah di Rp16.218/US$, tergerus 0,19% dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Iklim Usaha
Pada perkembangan lain, Shinta menyebut pasar juga akan makin sangsi dengan iklim usaha dan investasi di Indonesia dalam jangka pendek hingga menengah bila suku bunga acuan terus naik, tetapi nilai tukar tidak kunjung stabil.
Terlebih, BI memprediksi nilai tukar rupiah masih akan berada di kisaran Rp16.200/US$ pada kuartal II-2024. Menurut estimasi bank sentral, rupiah diprediksi baru akan bergerak ke Rp16.000/US$ pada kuartal III-2024. Kemudian, bergerak makin perkasa ke Rp15.800/US$ pada kuartal terakhir.
Bila pasar sangsi dengan iklim investasi di Indonesia, sebut Shinta, arus modal keluar (capital outflow) makin tinggi. Walhasil, investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) bakal sama seperti pandemi dan depresiasi rupiah akan terjadi lebih persisten.
Selain itu, suku bunga pinjaman riil (financing cost) bakal makin tinggi seiring dengan kenaikan suku bunga acuan, sehingga laju konsumsi bakal melambat – tergantung seberapa jauh depresiasi rupiah berlanjut dan seberapa tinggi kenaikan suku bunga.
“Dengan demikian, pemerintah harus melakukan segala cara dan memaksimalkan efektivitas semua intervensi pasar yang bisa dilakukan saat ini untuk menciptakan stabilitas tanpa menunggu kerusakan ekonomi yang lebih besar,” ujarnya.
Bunga Tak Kompetitif
Shinta juga meminta pemerintah untuk menjadikan kenaikan suku bunga menjadi instrumen kebijakan terakhir atau last resort dan tidak dilakukan terlalu sering. Apalagi, suku bunga pinjaman riil di Indonesia saat ini tidak kompetitif dibandingkan dengan negara lain di kawasan.
“Kita juga masih punya kebutuhan untuk mendongkrak pertumbuhan hingga ke target 5,2% berdasarkan APBN 2024,” ujarnya.
“Target ini akan sulit dicapai bila suku bunga terlalu tinggi atau tidak affordable sementara kondisi geopolitik juga turut menekan potensi investasi dan perluasan usaha.”
Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi April. Di luar ekspektasi, Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat mengumumkan kenaikan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%, suku bunga Deposit Facility menjadi 5,5%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 7%," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG, Rabu (24/4/2024).
(dov/wdh)