Pada pos beban pokok pendapatan, WIKA mengakumulasi nilai sebesar Rp 19,27 triliun. Beban tertinggi berada di Infrastruktur dan Gedung sebesar Rp 9,62 triliun, naik 16% secara tahunan.
Adapun kenaikan beban tertinggi dicatat oleh segmentasi bisnis Hotel mencapai 255% menjadi Rp 597 miliar, dan pos Investasi mencapai 3.037% menjadi Rp 176 miliar. Sekadar informasi, Investasi ini berasal dari segmentasi bisnis pada jalan tol dari aset konsesi.
Dengan demikian, WIKA membukukan kerugian secara tahunan senilai Rp 59,59 miliar pada 2022. Padahal pada kinerja 2021 WIKA mencetak laba bersih sebesar Rp 117,66 miliar.
Sementara itu dari sisi liabilitas, WIKA mencatatkan peningkatan pada utang obligasi, di mana hal ini dapat mengakibatkan kenaikan biaya utang tahunan yang secara langsung dan/atau tidak langsung nantinya dapat menekan angka laba bersih perusahaan kedepannya. Adapun pada 2022, beban keuangan yang diderita WIKA mencapai Rp 745 miliar.
Kenaikan angka liabilitas ini seiring dengan masifnya pembangunan infrastruktur yang ambisius pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ditambah lagi terdapat sejumlah proyek yang ditargetkan akan selesai sebelum masa jabatan selesai pada tahun depan.
Hal ini menjadikan Wijaya Karya, dan BUMN Karya lainnya menggalang dana ke instrumen utang untuk membiayai proyek-proyek tersebut. Sebagai salah satu risiko yang dihadapi Wijaya Karya adalah restrukturisasi pinjaman akibat dari ketidakmampuan membayar utang tepat pada waktunya.
Sekadar informasi, Wijaya Karya pada 2022 kemarin melangsungkan aksi Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan III. Target dananya mencapai Rp 4 triliun. WIKA juga menawarkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III senilai Rp 1 triliun. Ini merupakan langkah strategis Perseroan untuk memperbaiki debt profiling serta penyediaan modal kerja.
Sementara itu, Pemegang Saham Pengendali Wijaya Karya adalah Negara Republik Indonesia dengan kepemilikan sejumlah 5,8 miliar saham, atau 65% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sementara itu, untuk publik sebesar 3,1 miliar saham (34,9%). Serta, WIKA masih memiliki saham treasury sejumlah 1,1 juta saham.
Sepanjang sesi 1 hari ini, Seleasa (28/3/2023) saham WIKA bergerak naik 5 poin (0,97%) pada level Rp 520/saham. Investor mentransaksikan WIKA sebanyak 4,7 juta saham dengan nilai Rp 2,4 miliar.
(fad/wep)