Persiapan PLTA tersebut telah dilakukan sejak 1994 dan sempat berhenti pada 1996 karena terdapat masalah sosial politik. Kemudian, pekerjaan tersebut baru kembali dilanjutkan pada 2011.
Jisman berharap PLTA Peusangan dapat COD sesuai target, karena dari segi pembebasan lahan, konstruksi, sudah melampaui angka lebih dari 90%.
PLTA Peusangan, urainya, akan menjadi salah satu tulang punggung pemanfaatan energi bersih di Pulau Sumatera, karena memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik, khususnya untuk di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.
PLTA Peusangan memiliki peran sebagai pembangkit baseload, menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik, meningkatkan keandalan sistem, berkontribusi dalam Bauran EBT sebesar 0,61% dalam mencapai target bauran nasional dan untuk jangka panjang akan menurunkan konsumsi LNG di Sumatera Utara.
Jisman menyebutkan tantangan ke depan di sektor ketenagalistrikan bukan hanya terkait masalah keandalan, efisiensi dan harga listrik yang murah, tetapi juga masalah lingkungan, yang berimbas kepada tuntutan pengelolaan emisi dan peningkatan penggunaan energi bersih.
Untuk diketahui, pendanaan PLTA Peusangan saat ini di biayai oleh Pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA). Dalam perencanaannya, Listrik yang dihasilkan dari PLTA Peusangan akan dievakuasi melalui jalur transmisi 150 kV PLTA Peusangan 1 - Takengon dan transmisi 150 kV PLTA Peusangan 2 - Bireun dan distribusi 20 kV Takengon Utara - Takengon Selatan yang saat ini telah selesai pembangunannya.
(dov/ain)