Selain itu, nilai cadangan devisi juga masih memadai, di akhir Desember 2022 posisinya sebesar US$ 137,2 miliar yang setara dengan pembiayaan 6 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.
"Tingkat cadangan devisa ini juga jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Perry.
Pada 2023, neraca pembayaran akan tetap terjaga baik dengan perkiraan surplus transaksi berjalan di kisaran 0,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lalu, transaksi modal dan finansial juga diperkirakan akan mencetat surplus didukung aliran modal asing melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun investasi portofolio.
"Faktor fundamental ini mendasarkan pada perkiraan BI bahwa rupiah akan terus menguat sejalan dengan prospek yang baik dan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut. Kebijakan stabilitas rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor terus diperkuat dengan operasi moneter valas, devisa hasil ekspor," jelas Perry.
(rui/day)