Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus berlanjut tahun ini. Dalam konferensi pers sesuai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (19/1/2023), Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan kinerja mata uang Garuda yang berotot di awal tahun ini.
"Pada awal tahun sampai 18 Januari, nilai tukar rupiah menguat 3,18% point-to-point, dibandingkan periode yang sama pada taun sebelumnya," kata Perry.
Perry menambahkan, kinerja penguatan rupiah ini lebih baik dibandingkan laju penguatan mata uang di negara berkembang lainnya. Misalnya dibandingkan peso Filipina yang menguat 2,8% ptp secara year-on-year, ringgit Malaysia yang menguat 2% dan rupee India sebesar 1,83%.
Penguatan nilai tukar rupiah itu didorong oleh aliran modal asing sejak awal tahun sampai 17 Januari yang tercatat net inflow sebesar US$ 4,6 miliar, setara Rp 69,41 triliun.
Bank sentral percaya kinerja apik rupiah di awal 2023 ini akan terus berlanjut didukung oleh faktor-faktor fundamental. Pada 2022, transaksi berjalan RI mencatat surplus 0,4%-1,2% dari Produk Domestik Bruto, melebihi defisit yang terjadi pada transaksi modal dan finansial yang tertekan ketidakpastian global.
Selain itu, nilai cadangan devisi juga masih memadai, di akhir Desember 2022 posisinya sebesar US$ 137,2 miliar yang setara dengan pembiayaan 6 bulan impor atau 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.
"Tingkat cadangan devisa ini juga jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata Perry.
Pada 2023, neraca pembayaran akan tetap terjaga baik dengan perkiraan surplus transaksi berjalan di kisaran 0,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Lalu, transaksi modal dan finansial juga diperkirakan akan mencetat surplus didukung aliran modal asing melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun investasi portofolio.
"Faktor fundamental ini mendasarkan pada perkiraan BI bahwa rupiah akan terus menguat sejalan dengan prospek yang baik dan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut. Kebijakan stabilitas rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor terus diperkuat dengan operasi moneter valas, devisa hasil ekspor," jelas Perry.
(rui/day)