Logo Bloomberg Technoz

Pernyataan Kaskhari tersebut membuat kecemasan pelaku pasar mengerucut lagi. Kaskhari menyatakan, gejolak yang terjadi di perbankan negeri itu beberapa waktu belakangan telah meningkatkan risiko resesi Amerika, negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia. “Itu [kejatuhan bank] pasti membawa kita lebih dekat [pada resesi],” katanya seperti dilansir oleh Bloomberg News, Minggu malam (26/3/2023).

Yang masih belum jelas saat ini, menurut Kaskhari, adalah seberapa besar bank-bank yang bermasalah itu dapat memicu krisis kredit yang lebih luas. “Apakah itu akan memperlambat perekonomian? Ini adalah  hal yang masih kami monitor secara sangat dekat. Terlalu awal untuk membuat prakiraan tentang bunga acuan pada pertemuan Fed ke depan,” katanya.

The Federal Reserves, bank sentral paling berpengaruh di AS akan menggelar Federal Open Market Committee pada 2-3 Mei nanti. Pernyataan Kaskhari ini lebih jelas dan memberi arah dibandingkan pejabat Fed sebelumnya yang bicara pada Jumat lalu menyatakan bahwa inflasi masih tinggi di negeri itu sehingga masih menjadi prioritas utama. Inflasi juga menjadi penunjuk arah bunga acuan ke depan. 

Pernyataan itu juga merefleksikan pergeseran oleh pimpinan Fed Minneapolis yang beberapa bulan belakangan ini lantang bersuara memilih kenaikan bunga acuan untuk meredakan tekanan inflasi. Kashkari juga mencatat, penurunan pinjaman di sektor perbankan di tengah gejolak saat ini mungkin akan membantu upaya bank sentral mengetatkan keuangan dan pada akhirnya diharap bisa menjangkar lagi inflasi lebih rendah. Hal itu berpotensi membawa kenaikan bunga acuan di level lebih kecil. 

Ketika sistem perbankan stabil dan bank memiliki likuiditas yang kuat nan melimpah, itu akan membuat upaya pengetatan moneter membutuhkan waktu lebih lama untuk berhasil, kata Kashkari. “Kadangkala butuh waktu lebih lama untuk menghilangkan semua tekanan dari sistem. Ada tanda-tanda yang menjadi concern. Tanda positif adalah penarikan dana deposan dari perbankan terlihat sudah mulai melambat. Kepercayaan diri dan keyakinan sedang dipulihkan di antara bank-bank kecil dan bank regional,” jelasnya.

Sementara beberapa bank lain yang memiliki eksposur cukup tinggi terhadap US Treasury -yang menjadi salah satu penyebab kolaps-nya Silicon Valley Bank- dan properti (real estate) komersial, yang dapat menimbulkan masalah, kata Kashkari.

Puncak bunga acuan Fed

Dalam pernyataan usai keputusan menaikkan bunga acuan sebesar 25 bps pekan lalu, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan rekan-rekan melontarkan perkiraan penurunan tajam aktivitas ekonomi Amerika hingga sisa tahun 2023. Perkiraan tersebut tampak dari proyeksi ekonomi terbaru The Fed yang dipublikasikan pekan ini.

Angka-angka menunjukkan mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS 0,4% tahun ini, turun dari tingkat pertumbuhan 0,5% yang mereka tulis pada Desember. Pembuat kebijakan bank sentral tidak merilis proyeksi resmi untuk pertumbuhan triwulanan. Akan tetapi, proyeksi baru itu menyiratkan pejabat The Fed melihat lintasan penurunan yang lebih tajam untuk kuartal kedua hingga keempat.

Data PMI Manufaktur Amerika tercatat naik pada Maret ke level 49,3 dari sebelumnya di posisi 47,3. Sementara PMI Sektor Jasa negeri itu juga naik ke level 53,8. Menurut analisis Samuel Sekuritas, kuatnya PMI yang menjadi indikasi bahwa perekonomian AS masih kuat, akan memperumit kebijakan Fed yang tengah menghadapi gejolak di perbankan. "Kami memperkirakan inflasi AS masih akan kuat pada Maret," tulis Samuel Sekuritas dalam catatan pagi untuk investor, Senin (27/3/2023).

Situasi itu sepertinya akan mendorong Fed untuk melanjutkan kenaikan bunga acuan kendati gejolak di sektor perbankan masih kerap melontarkan kejutan-kejutan yang membuat nyali pemodal ciut. 

Menurut Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi, ekspektasi (perkiraan) atas risiko resesi Amerika masih ada akan tetapi sudah tidak seburuk sebelumnya karena ada tanda-tanda bakal menahan bunga acuan. Bahkan pasar berpikir bunga acuan Fed akan mulai digunting Juli nanti.

Mengacu pada CME FedWatch, probabilitas bunga acuan Fed akan mencapai puncaknya tahun ini mencapai 80% dengan harapan bank sentral itu akan mulai memangkas bunga acuan Juli nanti. 

Bank Indonesia (BI) dalam gelar konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) memperkirakan, puncak bunga acuan Fed adalah di kisaran 5,25% hingga 5,5%. Kebijakan yang ditempuh otoritas di AS dalam menangani kejatuhan 3 bank beberapa waktu lalu dalam langkah cepat dinilai berhasil meredam guncangan hingga Fed bisa kembali fokus menangani inflasi dengan mempertahankan pengetatan moneter. 

- dibantu laporan Catarina Saraiva dari Bloomberg News

(rui/aji)

No more pages