Pertama, Partai Nasdem yang sudah berulang kali menyampaikan ucapan selamat dan isyarat akan hijrah ke koalisi Prabowo-Gibran. Hari ini, sejumlah petinggi Partai Nasdem pun dikabarkan akan menyambangi Prabowo di Kertanegara 4.
Kedua adalah PKB. Prabowo memiliki kedekatan dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar menjelang Pilpres 2024. Keduanya sempat satu koalisi sebelum pecah kongsi karena Muhaimin memilih menjadi cawapres dari koalisi perubahan.
Kemarin, Prabowo pun langsung mengunjungi DPP PKB usai ditetapkan KPU sebagai presiden terpilih periode 2024-2029. Seperti saat bertemu Surya Paloh, Muhaimin pun kemudian memberikan sinyal bergabung dengan pemilihan kata 'melanjutkan kerja sama di legislatif dan eksekutif bersama Partai Gerindra.'
Sejak reformasi, pemerintahan kerap mendapat dukungan sedikitnya 60% kursi parpol di parlemen. Namun, jika Partai Nasdem dan PKB bergabung, maka koalisi Prabowo-Gibran memiliki persentase 63,45%.
Namun, kata Aditya, siapa paling cepat merespons Prabowo untuk gabung dalam koalisi akan lebih cepat menentukan posisi dalam pemerintahan seperti pimpinan DPR, menteri hingga ketua Komisi DPR. Cepat lambatnya respons partai dinilai menjadi perbincangan penting dalam elit parpol di sisa waktu enam bulan sebelum Prabowo-Gibran dilantik pada Oktober mendatang.
“Di internal koalisi Prabowo seperti Partai Golkar kan sudah minta-minta kursi, PAN juga nggak mau kalah karena menganggap berkontribusi. Di sisi lain Partai Demokrat di kebelakangin karena bergabung belakangan,” kata Aditya.
Prabowo sendiri memang nampak ingin memiliki koalisi gemuk pada pemerintahannya bersama Gibran Rakabuming Raka. Dia ingin meniru kondisi politik pada periode kedua pemerintahan Jokowi yang sempat menyisakan posisi oposisi hanya bagi Partai Demokrat dan PKS. Bahkan, Jokowi kemudian mengajak Demokrat bergabung usai menunjuk Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), 22 Februari lalu.
(mfd/frg)