Analis memprediksi yield SUN 10Y akan naik ke 7,05%-7,15%, dan imbal hasil surat utang RI dalam dolar AS (INDON) naik juga ke 5,45%-5,55%.
Kenaikan BI rate menjadi 6,25% mungkin bisa memberikan sokongan sentimen lebih positif bagi nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan menengah.
Namun, bunga pinjaman yang kembali naik itu mungkin belum cukup ampuh menarik arus modal asing kembali masuk ke pasar dalam negeri, menurut penilaian para analis asing.
Imbal hasil surat utang rupiah sejauh ini dinilai masih kurang atraktif terutama dibanding dengan aset investasi acuan seperti US Treasury yang masih dibayangi oleh ekspektasi bunga The Fed.
Ke depan, dengan prospek penurunan bunga The Fed semakin mundur ke September bahkan November, bahkan ada potensi tidak ada pemangkasan bunga acuan tahun ini, selisih imbal hasil yang masih sempit akan sulit menarik asing kembali ke rupiah.
Kenaikan BI rate pada akhirnya memang akan menolong rupiah lebih stabil terutama bila tekanan permintaan dolar AS mereda setelah musim pembayaran dividen.
"Namun, arus masuk modal asing ke investasi portofolio sepertinya masih akan sulit mengingat rendahnya premi relatif antara INDOGB dan Treasury. Juga karena investor cenderung berhati-hati terhadap aset-aset rupiah akibat volatilitas rupiah," kata Aditya Sharma, Strategist di Natwest Markets di India, seperti dilansir Bloomberg News.
SRBI bisa jadi pilihan lain bagi para investor asing meski masih lebih tinggi imbal hasil yang ditawarkan oleh aset-aset di pasar berkembang Amerika Latin. Dalam lelang terakhir 19 April lalu, imbal hasil SRBI tenor 6 bulan menyentuh level tertinggi di 6,81%.
(rui)