Pemilihan Kalteng
Lebih lanjut, menurut Dwi, pemilihan wilayah tanam di Kalimantan Tengah sebenarnya bukanlah sesuatu yang salah karena wilayah tersebut perlu dipulihkan dari bencana kebakaran hutan besar pada 2015. Salah satu cara pemulihan tersebut adalah melalui pengembangan padi tingkat lanjut supaya lingkungan tanam terpulihkan.
"Kalau sebagai saran kepada pemerintah, pemilihan wilayah itu cocok, tetapi [perlu] dikembangkan dalam skala kecil. Enggak perlu kerja sama dengan China ataupun yang lainnya," ujarnya.
"Dengarkan saran dari para pakar-pakar di Indonesia dengan yang kecil-kecil seperti tadi, sehingga dana pemerintah yang sampai puluhan triliun yang sudah digelontorkan untuk Food Estate yang gagal terus itu, kalau difokuskan pada yang kecil-kecil maka kemungkinan berhasilnya akan besar," jelas Andreas.
Masalah Benih
Meski begitu, ia menekankan Indonesia tidak perlu sampai memakai benih padi hibrida asal China. Hal ini dikarenakan kondisi alam hingga lingkungan yang berbeda antara kedua negara tersebut.
"Karakteristik padi di China dengan di Indonesia itu kan berbeda, jadi kalaupun itu nanti dilakukan dan dipaksakan maka potensi untuk menuai kegagalan itu cukup besar itu kalau kita bicara varietas aja," jelasnya.
Dia lantas mencontohkan pengalaman serupa yang ditempuh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2007. Saat itu, salah satu perusaaan Indonesia dan China mulai bekerja sama di bidang perbenihan berupa impor benih padi hibrida.
"Ada beberapa institusi yang melakukan kajian itu dan hasilnya jauh lebih rendah [padi hibrida] dibandingkan dengan padi nonhibrida yang dikembangkan oleh peneliti-peneliti Indonesia, jadi itu kenyataannya," tutur Dwi.
Untuk itu, alih-alih mengambil ahli dari China untuk membantu pengembangan penanaman padi di Kalteng, Dwi justru meminta kepada pemerintah agar lebih mengedepankan ahli dari dalam negeri, karena pengalaman mereka dalam mengurus pertanaman padi.
"Jadi ahlinya itu di Indonesia bukan orang China. Sudah mengalami pengalaman besar pasang surut baik IPB [Institut Pertanian Bogor] maupun UGM [Universitas Gadjah Mada]," katanya.
"Sehingga kalau tiba-tiba ahli-ahli dari China, teknologi budidaya padi dari Cina diterapkan di Kalimantan Tengah ya jawabannya sudah pasti gagal," tegasnya.
Wacana kerja sama teknologi penanaman padi dengan China tersebut pertama kali disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan awal pekan ini.
Menurutnya, rencana kerja sama ini telah disepakati dalam Pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI-Republik Rakyat China (RRC) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pekan lalu.
"Kita minta mereka memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sukses swasembada dan mereka bersedia," kata Luhut dalam unggahan Instagram pribadi miliknya @luhut.pandjaitan.
Luhut menjelaskan kerja sama ini akan dilakukan secara bertahap unuk digarap di 1 juta ha lahan di Kalimantan Tengah. Namun, dia menyebut bahwa pemerintah masih mencari mitra lokal, dengan offtaker atau pemasok kebutuhan industri ataupun pasarnya adalah Perum Bulog.
(prc/wdh)