Yield Treasury di semua tenor kembali naik di mana UST-10Y kini ada di 4,64%, naik 4,1 bps dibanding hari sebelumnya. Dengan selisih imbal hasil dengan surat utang RI kini masih bertahan di 242 bps, sepertinya masih akan kecil peluang pemodal asing kembali berburu obligasi rupiah.
Surat utang tenor pendek sejauh ini telah merefleksikan kenaikan BI rate di mana tenor 1Y kini ada di 7,11% sedangkan 5Y ada di 7,04%.
Surat utang tenor panjang terlihat belum menghitung kenaikan bunga acuan dengan 10Y masih di 7,066%. "SBN tenor menengah dan panjang belum menghitung. Kami perkirakan yield 10Y akan naik ke 7,2%-7,4%," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas.
Tekanan yang berlanjut di pasar surat utang akan menahan laju penguatan rupiah. Dari pernyataan gamblang kemarin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sepertinya telah mengantisipasi hal tersebut.
BI memproyeksikan rupiah masih akan tertahan di kisaran Rp16.200/US$ pada kuartal ini dan bergerak ke Rp16.000/US$ kuartal berikutnya. Rupiah baru berpotensi kembali menguat di bawah Rp16.000/US$, tepatnya di kisaran Rp15.800/US$ pada akhir tahun ini.
Analisis teknikal
Dalam kacamata analisis teknikal, rupiah memiliki potensi penguatan dengan target potensial terdekat menuju Rp16.100/US$ hingga Rp16.050/US$. Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.000/US$, yang menjadi level psikologis.
Dalam jangka menengah, rupiah terkonfirmasi memiliki support di Rp16.220/US$ dan Rp16.250/US$, serta Rp16.300/US$ sebagai support psikologis terkuat.
(rui)