Pada Rabu, ratusan mahasiswa Universitas Texas di Austin melakukan aksi walkout sebagai bentuk protes. Namun, menurut Dallas Morning News, mereka dihadang oleh puluhan polisi negara bagian dengan pakaian anti huru hara yang meminta mereka bubar. Beberapa mahasiswa terlihat ditangkap. Princeton mengirim catatan peringatan kepada mahasiswa bahwa siapa pun yang terlibat dalam pendirian tenda atau pendudukan yang menolak untuk berhenti akan "ditangkap dan langsung dilarang memasuki kampus."
Universitas Columbia telah menjadi pusat dari gangguan yang dihadapi perguruan tinggi mengingat polarisasi di kampus-kampus terkait perang Israel-Hamas.
Demonstrasi ini terjadi setelah kesaksian Presiden Minouche Shafik di kongres pekan lalu di mana dia membela tindakan yang dia katakan diambil oleh sekolah tersebut untuk melindungi mahasiswa Yahudi. Anggota DPR AS dari Partai Republik, Elise Stefanik, mengkritik kepemimpinan Shafik di universitas dan menyerukan pengunduran dirinya. Sementara itu, fakultas dan mahasiswa marah setelah dia mengirim polisi dan lebih dari 100 penangkapan dilakukan.
Anggota parlemen dari kedua partai terus berfokus pada perselisihan tersebut. Ketua DPR Partai Republik Mike Johnson mengunjungi Columbia pada Rabu untuk bertemu dengan mahasiswa Yahudi dan menyampaikan pidato tentang apa yang disebut kantornya sebagai "peningkatan antisemitisme yang ganas di kampus-kampus perguruan tinggi Amerika." Johnson, berbicara sambil menghadap ke tenda protes Columbia, mengatakan jika ancaman terus berlanjut, mungkin pantas bagi Presiden Joe Biden untuk memanggil Garda Nasional.
"Kita tidak bisa membiarkan kebencian dan antisemitisme seperti ini berkembang dan kita harus menghentikannya," kata Johnson, sementara beberapa mahasiswa mencemooh dan meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina.
Dalam sebuah pernyataan pada 23 April, Shafik mengatakan dia mendukung kebebasan berbicara dan mengakui bahwa banyak mahasiswa berdemonstrasi secara damai. Namun, dia memperingatkan bahwa dia harus mempertimbangkan "opsi alternatif" untuk membersihkan tenda protes jika pembicaraan tidak berhasil.
Dengan semester yang akan segera berakhir dan protes yang terus berlanjut, Columbia memberi fakultas pilihan untuk memindahkan kelas ke format hibrid. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikan pelajaran mereka dari jarak jauh dan menghindari keharusan berjalan melewati bagian kampus di mana ketegangan sedang memuncak.
Universitas lain juga menghadapi gangguan serupa.
Di Yale, polisi menangkap 60 orang termasuk 47 mahasiswa pada Senin. Presiden Peter Salovey mengutip "laporan polisi yang mengidentifikasi tindakan berbahaya dan bahasa ancaman yang digunakan terhadap individu di atau dekat lokasi protes."
Di tempat lain di New York City, sekitar 350 mahasiswa Universitas New York dan lainnya berkumpul di Washington Square Park untuk memprotes tindakan Israel dalam perang dan penanganan protes oleh sekolah tersebut. Polisi menangkap lebih dari 100 orang minggu ini yang berkemah di alun-alun dekat fakultas bisnis universitas.
Penjual menjajakan bendera Palestina dan keffiyeh dari gerobak di taman.
Beberapa blok ke utara, sekitar 50 orang berdemonstrasi di kampus Greenwich Village New School, menyerukan agar institusi tersebut melepaskan investasinya dengan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel.
Protes yang terjadi di sekitar hari raya Paskah Yahudi ini juga mendapat kecaman dari Gedung Putih dan donatur universitas. Mereka juga memunculkan kekhawatiran tentang penggunaan taktik garis keras oleh sekolah terhadap mahasiswa, dan ancaman terhadap mahasiswa Yahudi oleh pengunjuk rasa.
Dalam beberapa protes di sekolah, debat tersebut sering kali berubah menjadi pelecehan dan ancaman, dengan beberapa demonstran di Columbia meneriakkan "kembali ke Polandia!" kepada mahasiswa Yahudi.
Di Institut Teknologi Massachusetts (MIT), kelompok mahasiswa Israel Alliance memindahkan lokasi perayaan Paskah (Passover Seder). Mereka menunjuk pada "ketakutan yang signifikan di antara komunitas Yahudi" mengingat peristiwa di kampus-kampus lain.
Para demonstran di kampus secara luas mengatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menarik perhatian pada masalah kemanusiaan di Gaza setelah Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera puluhan orang, yang memicu serangan balik oleh pasukan Israel.
Menurut kementerian kesehatan yang dijalankan oleh Hamas, sekitar 34.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, telah tewas sebagai bagian dari serangan balasan itu.
(bbn)