Gagal Panen
Abdullah juga menyebut bahwa tren kenaikan bawang merah telah terjadi sejak menjelang Idulfitri/Lebaran 2024. Adapun, kegagalan panen menjadi salah satu sebab menurunnya produksi secara nasional.
"Menurut informasi dari Ikappi, di daerah ada beberapa kegagalan panen di beberapa wilayah produksi penghasil bawang yaitu di Jawa Tengah, di Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Pati; sehingga memengaruhi produksi secara nasional," jelasnya.
Curah hujan tinggi di beberapa daerah yang terkena dampak banjir juga menjadi penyebab pasokan bawang merah berkurang dan harga tinggi.
"Kami menyayangkan karena curah hujan yang tinggi dan terjadi beberapa daerah terkena musibah banjir yang menyebabkan pasokan berkurang. Kita tahu bahwa harga bawang merah sudah tembus di angka Rp80.000/kg yang artinya dua kali lipat dari harga normal serta kenaikannya mencapai 100%."
Sebagai informasi, wilayah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia berada di Brebes, disusul Demak, Jawa Tengah. Sementara itu, di wilayah Jawa Timur berada di wilayah Nganjuk. Adapun, NTB ada di Bima dan Sumatra Barat di Solok.
Sementara itu, wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur seperti Brebes, Demak, Grobogan, Pati, Nganjuk dan beberapa daerah lainnya menjadi pemasok di Jabodetabek.
Berdasarkan panel harga pangan di Badan Pangan Nasional, per Rabu, rata-rata harga bawang merah secara nasional di tingkat eceran naik Rp490 menjadi Rp53.190/kg. Kenaikan tertinggi terjadi di wilayah Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah dengan kenaikan Rp110.000/kg
Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan (Mendag) Zukifli Hasan atau Zulhas menyatakan tingginya harga pangan seperti bawang merah adalah akibat pedagang yang belum kembali berjualan usai Lebaran 2024.
Untuk itu, stok di pasar jadi berkurang sehingga membuat harganya menjadi mahal.
"Iya pertama karena Lebaran orang jadi libur semua yang dagang sekarang pasar-pasar, bumbu-bumbu saya kira sudah normal lagi," ujar Zulhas ketika ditemui di kantor Kemendag, Rabu (24/4/2024).
Tidak hanya itu, stok bawang merah yang berkurang di tingkat petani menurut Zulhas dipicu petani yang masih belum bekerja secara aktif.
"Kan enggak ada yang motong bawang, enggak ada yang ngirim jadi Lebaran maklum lah ya," jelasnya.
(prc/wdh)