"Karena Timur Tengah mempengaruhi wisatawan dari, Eropa, Amerika," katanya.
Lebih lanjut Sandi mengatakan bahwa Timur Tengah belum memiliki dampak secara langsung pada Asia. Oleh karenanya ia memfokuskan pada wisman Australia, India, Cina dalam pasar pariwisata.
"Kalau Asia, Timur Tengah belum mungkin memiliki dampak, secara langsung. Jadi Australia, India, Cina maupun pasar akan kami fokuskan prioritaskan, ucapnya.
Rupiah Melemah
Selain konflik Timur Tengah, melemahnya rupiah terhadap dolar memang akan berdampak pada dunia pariwisata. Sandiaga berharap lemahnya rupiah tidak berkelanjutan.
“Ada yang menganggap akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Tapi secara keseluruhan tentunya akan berdampak cenderung mix negatif terhadap dunia usaha kita. Kita harapkan pelemahan rupiah ini tidak berlanjutan dan segera tertangani otoritas terkait,” ujar Sandiaga.
Walau begitu, Sandiaga menilai hal ini menjadi peluang untuk meningkatkan wisata dalam negeri.
“Tentunya kita hargai independen BI dalam menangani nilai tukar. Wisatawan akan merasa murah untuk berwisata di Indonesia dan produk ekspor Parekraf kita akan dinilai berdaya saing. Tapi ada kecenderungan lain, harga tiket mahal karena harga aftur akan terskalasi dan tentunya akan mempengaruhi minat wisatawan untuk berpergian,” ungkap Sandiaga.
Sandiaga menambahkan, pihaknya akan menyiapkan langkah strategis untuk mengatasi masalah ini.
“Kita menyiapkan paket wisata yang lebih terjangkau bangun pariwisata. Dan paket melukat, menjadi salah satu digemari, saya melihat banyak minat dari segi harga dan biaya. Mudah-mudahan Parekraf tidak menaikan biaya karena pelemahan rupiah ini tspi menyesuaikan daya beli masyarakat,” tutupnya.
(spt)