"Kalau memang ada potensi, kami akan tetap grow up. Peluang, kan, tidak mungkin datang dua kali," ujarnya.
Adapun, pada tahun ini, UNTR telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp21 triliun.
Meski cukup besar, capex UNTR tidak ada yang dialokasikan untuk modal ekspansi anorganik, meski anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini tengah dihampiri isu untuk menyerap saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel.
Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan, mayoritas gelontoran modal tersebut rencananya akan digunakan untuk perbaikan dan mengganti aset alat berat di lini bisnis pertambangan, dengan porsi 70% atau sekitar Rp15,8 triliun.
"Sisanya, untuk perbaikan fasilitas-fasilitas di lini bisnis distribusi alat berat, di tambang batu bara dan di tambang emas," ujar Sara saat dihubungi, Rabu (27/3/2024).
Meski capex tidak memasukkan faktor ekspansi anorganik, UNTR saat ini masih dalam posisi ketersediaan kas yang cukup besar.
Hingga akhir 2023, UNTR memiliki kas dari aktivitas operasi mencapai Rp35,07 triliun. Meski begitu, angka ini turun 9,01% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp38,54 triliun.
Sementara, kas dan setara kas UNTR tercatat Rp18,59 triliun, turun dari sebelumnya Rp38,28 triliun.
Sebelumnya, UNTR dikabarkan memiliki minat untuk menyerap saham rights issue NCKL.
Selain UNTR, dua perusahaan asing, yakni Glencore Plc dan Itochu Corporation, juga memiliki minat yang sama, menurut laporan Bloomberg News, berdasarkan kata orang yang mengetahui masalah tersebut.
(ibn/dhf)