Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan kredit perbankan tumbuh 12,4% pada kuartal I 2024, didorong oleh pertumbuhan kredit pada hampir seluruh sektor ekonomi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dari sisi penawaran, tingginya pertumbuhan kredit ditopang terjaganya appetite perbankan yang didukung oleh permodalan yang tinggi dan likuiditas yang memadai. Kendati demikian, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2024 hanya 7,44% (YoY).
"Ketersediaan likuiditas perbankan tercermin pada tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,18% yang didukung oleh Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) BI," ujar Perry dalam Konferensi Pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (24/4/2024).
Untuk mencapai target pertumbuhan kredit 2024 perbankan mengoptimalkan pendanaan kredit melalui strategi pengelolaan aset dengan memperhatikan aspek keamanan, likuiditas, dan profitabilitas.
Sementara itu, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan dan investasi korporasi yang diprakirakan terus meningkat pasca Pemilu serta kinerja rumah tangga yang terjaga.
Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 14,83% (yoy), 12,30% (yoy), dan 10,22% (yoy).
Pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi sebesar 15,26% (yoy) pada triwulan I 2024, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 8,12% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 diprakirakan akan terus meningkat dan berada pada kisaran 10-12%.
Untuk mendukung penyaluran kredit, BI terus memperkuat implementasi KLM. Ke depan, penguatan KLM dilakukan dengan mengoptimalkan insentif likuiditas yang tersedia serta memperluas cakupan sektor prioritas yang berkontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Penguatan KLM diarahkan dapat segera memberikan tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp 81 triliun sehingga total insentif menjadi Rp 246 triliun.
Selanjutnya, sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus meningkat, tambahan likuiditas dari KLM diprakirakan dapat mencapai Rp115 triliun pada akhir tahun 2024, sehingga total insentif yang diberikan menjadi Rp 280 triliun.
BIakan terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif tersebut dengan sinergi kebijakan pemerintah, KSSK, perbankan, serta pelaku dunia usaha agar dapat mendukung peningkatan pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
(lav)