Saham-saham yang melesat dan menjadi top gainers di antaranya PT Indo Straits Tbk (PTIS) yang naik 34,9%, PT Koka Indonesia Tbk (KOKA) melejit 26,9%, dan PT Golden Flower Tbk (POLU) bertambah 24,4%.
Sedangkan saham-saham yang jatuh dan menjadi top losers antara lain PT Indo Boga Sukses Tbk (IBOS) yang turun 10%, PT Citra TubindoTbk (CTBN) anjlok 9,76%, dan PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) ambruk 9,09%.
Di Asia, sejumlah indeks saham kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 12.20 WIB, TW Weighted Index (Taiwan) memimpin penguatan dengan kenaikan 2,58%, menyusul NIKKEI 225 (Tokyo) berhasil menguat 2,31%, Kospi (Korea Selatan) yang melonjak 2,04%, Hang Seng (Hong Kong) terangkat 1,81%, dan Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam) terdongkrak 1,67%.
Searah dengan yang lainnya, TOPIX (Jepang) menguat 1,61%, PSEI (Filipina) lompat 1,15%, Straits Times (Singapura) melonjak 0,81%, Shenzhen Comp. (China) terbang 0,56%, KLCI (Malaysia) menguat 0,44%, Shanghai Composite (China) menghijau 0,31%, dan SETI (Thailand) melejit 0,30%.
Bursa Saham Asia tersengat sentimen positif optimisme pasar dari data ekonomi semalam. Di mana Purchasing Managers Index Composite S&P Global Amerika Serikat melandai menuju 50,9 pada April dari pencapaian 52,1 pada bulan sebelumnya, menandakan hanya sedikit ekspansi di sektor swasta negara itu, sekaligus menjadi yang paling soft sejak Desember.
Aktivitas meningkat pada kecepatan yang lebih lambat di sektor manufaktur dan jasa, dengan tingkat pertumbuhan melemah ke posisi terendah dalam tiga dan lima bulan di tengah tanda-tanda pelemahan permintaan secara masing-masing, mengutip tradingeconomics.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pelemahan tersebut yang terjadi dalam aktivitas bisnis ikut memperkuat perkiraan pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di tahun 2024 ini. Ini menjadi sentimen positif bagi saham.
Di sisi lain, Yield obligasi Pemerintah AS turun menyusul penurunan Indeks Manufaktur (Flash) di AS ke 49,9 di April 2024 dari sebelumnya 51,9 di Maret 2024. Kondisi ini bersamaan dengan potensi deeskalasi ketegangan di Timur Tengah yang juga berpotensi menggiring pengambil kebijakan Federal Reserve yang berpotensi mulai memangkas suku bunga acuan pada tahun ini.
(fad)