Volatilitas kembali datang Jumat pekan lalu setelah Deutsche Bank AG menjadi bank teranyar yang disorot investor. Menteri Keuangan AS Janet Yellen pun menggelar rapat Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan.
Otoritas AS tengah mempetimbangkan bagaimana memberi dukungan kepada First National Bank untuk membersihkan neraca mereka, sebut sejumlah sumber. Secara terpisah, Valley National Bancorp dan First Citizens BancShares Inc mengungkapkan tengah menawar Silicon Valley Bank yang jatuh awal bulan ini.
Kemudian, regulator AS menegaskan bahwa memang sebagian bank sedang mengalami tekanan. Namun sistem keuangan secara umum tetap kuat.
Masalah di sektor perbankan membuat pelaku pasar mengubah ekspektasi terhadap arah suku bunga. Mereka mulai memperkirakan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak menaikkan suku bunga acuan dalam rapat Mei 2023. Peluang penurunan suku bunga acuan paling awal Juni pun kian meningkat.
Para trader juga memperkirakan kenaikan suku bunga oleh ECB dan Bank Sentral Inggris (BoE) lebih kecil dari proyeksi sebelumnya.
“Ada yang retak saat bank sentral terlalu ketat. Perlu diingat bahwa situasi berubah cukup cepat. Ada 2 risiko saat ini dan level keyakinan mungkin sedikit turun,” kata Jack McIntyre, Portfolio Manager di Brandywine Global Investment Management.
Outlook Suram
Sementara itu, rilis data pekan ini mungkin menunjukkan bahwa inflasi di AS tetap bertahan di level tinggi. Ini menjadi pengingat bagi investor bahwa bank sentral harus berjalan di antara menjaga stabilitas harga dan stabilitas sektor keuangan.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun, yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga, turun ke 3,55% akhir pekan lalu, terendah sejak September 2022. Yield anjlok lebih dari 100 basis poin (bps) sejak melewati 5% pada awal Maret 2023.
Bulan ini, nilai tukar yen Jepang menguat sekitar 4%, tertinggi di antara mata uang negara-negara maju. Mata uang negara-negara yang tergantung komoditas, seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru, sedikit underperfom.
Ed Al-Hussainy, Rate Strategist di Columbia Threadneedle Investments, mengatakan pasar obligasi akan mengalami reli karena pengetatan moneter oleh The Fed memperlambat perekonomian. Namun volatilitas dan kecepatan dinamika menggarisbawahi kerentanan di pasar.
“Kami memposisikan ini terjadi dalam 9 bulan ke depan, tetapi malah terjadi dalam 9 hari. Saya tidak akan mengeluh, tetapi saya cemas bagaimana cepatnya ini terjadi,” tuturnya.
(bbn)