Dia mengelaborasi, pergerakan harga CPO secara global emngalami tren penurunan yang juga cukupn signifikan. Pada 2023, harga rerata CPO berada di US$964/ton, atau anjlok 13,9% dari 2022 di US$1.352.
Kemudian, rerata tanaman sawit perseroan juga mengalami pertumbuhan yang lesu, seiring dengan usia tananamn yang sudah mature. Perusahaan mencatat, sebanyak 46% dari total lahan tertanam yang sebanyak 285,4 ribu Hektare (Ha).
"Ini yang menjadi penyebab penurunan kinerja keuangan perseroan," ujar dia.
Tak bisa ramal harga
Sementara itu, Santosa juga mengatakan bahwa pihakny amasih belum bisa memprediksi ramlaan harga CPO sepanjagn tahun ini, yang masih dihantui oleh musim El Nino.
"Kalau bicara cuaca, ini kan dampaknya cuaca itu kita ga pernah tahu, agak sulit memang meraba-raba yang tidak jelas," ujar dia.
Dalam kaitan itu, dia hanya menyatakan jika fluktuasi harga CPO tak serta-merta hanya disebabkan oleh faktor cuaca, melainkan juga periode seasonal low crop atau jumlah buah masak di pohon yang semakin rendah imbas usia tanaman.
"Kalau ditanya satu persatu, kalau secara seluruh indonesia, saya tidak punya eksak sainsnya. Ini kita sulit untuk meramal harga. memang kalau dilihat harga CPO di bursa malaysia hampir menyentuh di MYR 4 ribu, tapi ini karena nilai tukar atau apa?," jelasnya.
Hari ini, harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman 3 bulan mendatang memang berada di MYR 3.928/ton. Angka ini turun 2,31% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak 28 Februari.
Sepanjang pekan lalu, harga CPO juga telah melorot 8,2% secara point-to-point. Dalam sebulan terakhir, harga terpangkas 9,26%.
(ibn/dhf)