Selain itu, banyak negara Arab yang sama cemas dengan Israel karena campur tangan Iran di Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman serta ketidakstabilan yang ditimbulkannya.
Namun, yang lebih penting adalah bahwa Israel telah menjadi mitra ekonomi utama bagi negara Arab yang moderat, dan bahkan dianggap sebagai penyelamat ekonomi bagi Yordania dan Mesir.
Ini menjelaskan mengapa, selama enam bulan perang di Gaza, Yordania, Arab Saudi, dan UEA, hampir tidak ada tindakan nyata terhadap Israel. Misalnya, tidak ada negara Arab yang mengambil tindakan seperti Turki ketika mereka akhirnya mengatakan pada 9 April 2024 bahwa mereka melarang ekspor dalam jumlah besar ke Israel.
Namun, Yordania merupakan negara yang paling bergantung pada Israel. Bukan untuk investasi atau perdagangan internasional, tetapi untuk kebutuhan energi dan air. Dengan hanya 950 juta meter kubik air tersedia setiap tahun untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1,4 miliar meter kubik, Yordania adalah salah satu negara yang paling kekurangan air di dunia.
Berdasarkan perjanjian perdamaian tahun 1994, Yordania memiliki hak untuk membeli 50 juta meter kubik air per tahun dari Israel, jumlah ini meningkat dua kali lipat seiring dengan pertumbuhan populasi Yordania, dan Israel telah membangun kapasitas desalinasi yang besar, sehingga Yordania tidak perlu mengeluarkan airnya sendiri.
Selain itu, negara Arab lebih mendukung Israel daripada Iran karena kerajaan ini kekurangan sumber daya energi dalam negeri dan bergantung pada impor gas alam Israel untuk industri kimia dan tenaga listrik. Gas ini menyumbang lebih dari 70 persen produksi listrik Yordania, dan hampir seluruhnya berasal dari ladang Leviathan Israel.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Iran memang selalu memberikan kekhawatiran dengan tindakannya yang selalu berkaitan dengan kelompok milisi. Sementara peran Israel di Timur Tengah sangatlah sentral.
(red/ros)