Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara anjlok pada perdagangan kemarin. Maklum, harga si batu hitam sudah naik lumayan tajam.
Pada Senin (22/4/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini dibanderol US$ 138/ton. Ambruk 2,65% dibandingkan akhir pekan lalu.
Koreksi ini terjadi usai harga batu bara mengalami reli. Dalam sebulan terakhir, harga komoditas ini masih membukukan kenaikan 7,02% secara point-to-point.
Secara umum, harga batu bara sejatinya memang dihantui risiko penurunan. Ini karena ekspektasi koreksi permintaan seiring kesadaran global terhadap isu pelestarian lingkungan.
Mengutip riset International Energy Agency (IEA) permintaan batu bara global pada 2023 naik 1,4% dari tahun sebelumnya dan berada di atas 8,5 miliar ton untuk kali pertama sepanjang sejarah. Namun hingga 2026, permintaan diperkirakan turun 2m3%.
“Penurunan ini utamanya didorong oleh ekspansi energi baru-terbarukan yang akan semakin banyak terpasang,” sebut kajian IEA.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara sejatinya masih menghuni zona bullish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 52,04. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, indikator Stochastic RSI berada di 44,36. Menempati area short (jual), sehingga tekanan harga masih mungkin terjadi.
Dengan begitu, koreksi harga batu bara masih bisa berlanjut. Target support terdekat ada di US$ 129/ton. Jika tertembus, maka US$ 127/ton bisa menjadi target berikutnya.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 142/ton. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga batu bara naik menuju US$ 149/ton.
(aji)