"MoU sedang dilakukan dengan Singapura dan Korea Selatan, dan ini akan diperluas dengan India, Saudi Arabia, dan Asean," tutup Airlangga.
Sebagai informasi, skema LCT merupakan penyelesaian transaksi yang dilakukan secara bilateral oleh masing-masing pelaku usaha dengan menggunakan mata uang lokalnya.
Dengan demikian, transaksi yang dilakukan bisa menggunakan mata uang rupiah saat melakukan transaksi ekspor-impor. Sehingga, dapat mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS dan diharapkan dapat membuat nilai tukar rupiah menjadi lebih stabil.
Untuk diketahui, rupiah mengakhiri pelemahannya pada pekan lalu dengan mencatatkan pelemahan 2,63% dibandingkan level penutupan pada pekan sebelum libur panjang Idulfitri, yakni ditutup di Rp16.263/US$ pada perdagangan Jumat (19/4/2024).
Bukan hanya rupiah yang tertekan meskipun di Asia sepekan ini pelemahan rupiah adalah yang paling parah. Kejatuhan rupiah diikuti oleh peso Filipina yang tergerus hingga 1,9%, juga dong Vietnam yang anjlok 1,6%, baht Thailand melemah 0,61%, lalu dolar Taiwan yang tergerus 0,67%.
Sementara mata uang lain seperti ringgit Malaysia pelemahannya lebih terbatas 0,26%, rupee India melemah 0,06%, yuan China melemah 0,03%. Sedangkan won Korea Selatan melemah secara mingguan 0,5%.
Kebangkitan dolar AS telah menggerus mata uang lain lain, sejurus dengan terkikisnya ekspektasi penurunan bunga acuan Federal Reserve, ditambah kenaikan tensi konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel. Indeks dolar AS sepekan lalu menyentuh level di atas 106 dan melibas mata uang yang menjadi lawannya, termasuk rupiah.
(azr/lav)