Kenaikan BI rate akan membawa yield surat utang lebih tinggi lagi bisa ke kisaran 7,2%-7,3% di mana level itu dinilai sebagai peluang beli yang menarik bagi investor.
Laporan BI mencatat, sepanjang tahun ini sampai data setelmen 18 April lalu, pemodal asing telah membukukan posisi jual bersih di surat berharga negara sebesar Rp38,66 triliun di mana pada tiga hari pertama pekan lalu saja asing net sell SBN hingga Rp9,8 triliun.
Obligasi korporasi
Tingkat imbal hasil obligasi korporasi yang diterbitkan oleh perusahaan Indonesia dalam denominasi dolar AS semakin melejit akibat kejatuhan nilai tukar rupiah yang memicu kekhawatiran akan lonjakan beban pembayaran utang perusahaan dalam valas.
Selisih yield meningkat lebih dari tiga basis poin pekan lalu, kenaikan terbesar dalam sebulan terakhir dan pada Senin kemarin naik lagi dua basis poin, menurut indeks Bloomberg.
Obligasi dolar AS yang diterbitkan Medco Platinum Road yang jatuh tempo Januari 2025, melebar yield-nya lebih dari 600 basis poin pada Senin kemarin.
Sementara obligasi dolar AS milik APL Realty Holding yang jatuh tempo Juni lalu, melonjak imbal hasilnya lebih dari 1.000 basis poin pada saat yang sama.
"Tingginya volatilitas suku bunga dan pelemahan nilai tukar rupiah berarti risiko yang lebih besar dari kebijakan moneter yang lebih ketat dari BI dan itu membebani kredit Indonesia," kata Ahli Strategi DBS Bank di Singapura Wei Liang Chang, dilansir dari Bloomberg News, Selasa (23/4/2024).
Chang melihat ketidakpastian fiskal sebagai risiko yang lebih besar dibandingkan faktor eksternal pasar global.
Pada obligasi swasta dengan peringkat lebih tinggi seperti global bond milik Perusahaan Gas Negara dan Pertamina, juga mencatat tren serupa. Premi obligasi yang jatuh tempo pada 2024 milik PGN naik dua kali lipat ke level terlebar sejak 2020.
(rui)