Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin 22 April 2024, berpotensi bergerak bervariasi (Mixed). Imbas dari ketidakpastian ekonomi yang terus meningkat, yang datang dari global dan juga regional.
Investor juga tengah menanti sejumlah agenda penting, seperti Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mendatang.
Adapun pada perdagangan sepanjang pekan kemarin, sampai dengan Jumat (19/4/2024), IHSG melemah 199,56 poin atau mencatat penurunan hingga 2,74% dan menutup perdagangan pada level 7.087.

Secara teknikal IHSG berpotensi bangkit dari support-nya dari area level 7.020–7.050. Jika terus kuat berada di atas support tersebut, pergerakan IHSG akan rebound dengan target penguatan terdekat pada level 7.130–7.170, sebagai resistance potensial. Untuk resistance selanjutnya ada trendline menarik pada level 7.200 yang jadi target dalam time frame daily.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari dalam negeri, dan global. Pekan yang sibuk diwarnai sejumlah agenda dan data penting, Bank Indonesia menggelar Rapat Dewan Gubernur yang akan memutuskan kebijakan suku bunga acuan BI-Rate, dijadwalkan akan diumumkan pada Rabu, 24 April mendatang. Pekan ini juga akan terbit rilis data sangat penting bagi pasar global yaitu data inflasi (Personal Consumption Expenditure/PCE) Amerika Serikat pada Jumat nanti.
Bank Indonesia akan menggelar RDG pada 23–24 April di tengah ketidakpastian ekonomi yang kian meningkat. Konsensus 22 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg sejauh ini masih memperkirakan Bank Sentral akan kembali mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 6%.
Hanya 7 dari 22 ekonom yang memprediksi BI akan menaikkan suku bunga 25 bps pada Rabu nanti. Itu di luar prediksi beberapa ekonom asing dari beberapa Bank Investasi global seperti Barclays, Nomura, juga Bloomberg Economics yang memprediksi kemungkinan ada kenaikan BI rate pekan ini.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, data pertumbuhan AS dan acuan inflasi pilihan Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) akan dirilis minggu ini, yang akan membantu menentukan ‘Waktu’ pemangkasan suku bunga.
The Fed telah memasuki masa pemadaman media, dan “Pasar sering kali melembutkan ekspektasinya terhadap The Fed selama masa tenang ini,” kata Win Thin, Kepala Strategi Pasar global di Brown Brothers Harriman di New York.
“Namun, The Fed telah mengirimkan pesan Hawkish secara konsisten dalam beberapa minggu terakhir dan pasar sebaiknya tidak melupakan hal itu,” tambahnya.
Ditambahlagi dengan ketegangan di Timur Tengah, serangan terbatas Israel terhadap Iran dan respons diam dari kepemimpinan Iran berpotensi memberikan peluang untuk mengurangi konflik antara musuh jangka panjang tersebut, untuk saat ini, menurut RBC Capital Markets.
“Gencatan senjata ini bukanlah sebuah gencatan senjata yang mudah dan dapat diuji sekali lagi karena kondisi Timur Tengah yang lebih luas masih tetap penuh tantangan, bahkan jika hasil terburuknya tidak terjadi,” tulis Helima Croft, Kepala Strategi Lomoditas global di RBC, dalam sebuah catatan.
“Dua minggu terakhir telah menunjukkan bahwa perang ini dapat meningkat secara tiba-tiba dan bahwa pihak-pihak yang berseberangan mungkin kurang memahami garis merah pihak lain, sehingga berisiko menimbulkan kabut dinamika perang.”
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, pelemahan IHSG di pekan kemarin dipicu oleh beberapa katalis antara lain komentar dari pejabat Bank Sentral Amerika Serikat mengenai semakin mengecilnya peluang penurunan suku bunga The Fed di tahun ini yang memicu tekanan pada saham perbankan dan properti, melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD serta konflik di Timur Tengah.
“Sentimen pasar juga tertekan oleh komentar dari sejumlah pejabat tinggi Federal Reserve yang menekankan tidak adanya urgensi menurunkan suku bunga, indikasi bahwa Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 1,11% ke 7.087 dan disertai oleh munculnya volume penjualan, namun koreksi IHSG tertahan oleh MA200.
“Diperkirakan posisi IHSG sedang berada di akhir wave A dari wave (2), sehingga koreksi IHSG akan relatif terbatas dan berpeluang menguat untuk membentuk wave B. Adapun rentang penguatan IHSG akan menguji kembali 7.134-7.245,” papar Herditya dalam risetnya pada Senin (22/4/2024).
Herditya juga memberikan catatan, namun demikian, IHSG juga masih rawan terkoreksi kembali ke rentang 6.891-6.983.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ARTO, GOTO, PGAS, dan TKIM.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG masih ada peluang Downside, yang masih terbuka di kisaran 7.035 atau di MA200 pada Senin (22/4) atau di awal pekan ini.
“The Fed diyakini menahan sukubunga acuan hingga September 2024 seiring dengan peningkatan konflik geopolitik di Timur Tengah,” tulisnya.
Namun, menurut Phintraco, sentimen dari dalam negeri seperti perbaikan data ekspor dapat meredam potensi aksi jual di awal pekan ini.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham MDKA, ANTM, INCO, ELSA, JSMR, dan SIDO.
(fad)