“Sejumlah data terakhir jelas tidak membuat kami percaya diri dan memberi indikasi mungkin butuh waktu lebih lama untuk mencapai keyakinan itu. Dengan solidnya pasar tenaga kerja dan inflasi sejauh ini, maka menjadi layak (appropriate) untuk menerapkan kebijakan restriktif lebih lama lagi dan melihat bagaimana data berkembang,” jelas Powell, seperti diwartakan Bloomberg News.
Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic pun memberi penyataan bernada hawkish. Bostic menyebut merasa nyaman mempertahankan suku bunga tetap stabil saat ini, dan menegaskan tidak berpikir akan tepat untuk menurunkan suku bunga acuan hingga akhir tahun.
"Inflasi tinggi--terlalu tinggi--dan kita harus mencapai target 2%," kata Bostic di Fort Lauderdale, Florida. "Saya merasa nyaman untuk bersabar."
Sikap para pejabat The Fed tersebut memberi indikasi bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama alias higher for longer. Ini tentu tidak menguntungkan bagi emas, yang berstatus sebagai aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sudah masuk zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 49,39. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang berada di zona bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 29,3. Sudah masuk area jual (short) dan belum mencapai titik jenuh di bawah 20.
Oleh karena itu, harga emas berisiko melanjutkan koreksi. Target support terdekat ada di US$ 2.381/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.369/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah US$ 2.391/troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik menuju US$ 2.394/troy ons. Terlihat bahwa ruang kenaikan juga sudah makin terbatas.
(aji)