Erdogan menyoroti upaya diplomatik Ankara yang ditujukan untuk menengahi jeda dalam konflik enam bulan di Gaza antara Israel dan Hamas, menurut sebuah pernyataan di X, setelah pertemuan selama 2,5 jam.
Turki adalah anggota NATO, namun tidak seperti AS dan Uni Eropa, mereka tidak menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Erdogan menyebut Hamas sebagai "pejuang kebebasan" dan berulang kali mengkritik tindakan Israel dalam perang.
Perang antara Israel dan Hamas bermula pada serangan di Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Sejak saat itu, Israel melayangkan operasi militer di Jalur Gaza dan menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina.
Dilaporkan Associated Press pada Sabtu, mengutip pejabat rumah sakit, sebuah serangan udara Israel di sebuah rumah di kota Rafah di selatan Gaza menewaskan setidaknya sembilan orang, termasuk enam anak-anak.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan Otoritas Palestina akan "meninjau kembali" hubungan bilateral dengan AS setelah veto Washington minggu ini terhadap resolusi untuk menerima wilayah Palestina sebagai negara anggota penuh PBB.
Langkah pada Kamis (18/04/2024) lalu "merupakan agresi yang terang-terangan terhadap hak, sejarah, tanah, dan tempat suci rakyat Palestina, menantang kehendak masyarakat internasional," kata Abbas kepada kantor berita negara WAFA.
(bbn)