Logo Bloomberg Technoz

Salah satu penyebab kenaikan harga rumah, lanjut laporan BI, adalah peningkatan harga bahan bangunan. Inflasi sub-kelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal masih stabil sejak September 2022 sebesar 3,46% yoy.

Harga yang semakin mahal bisa jadi membuat penjualan rumah lesu. Pada kuartal IV-2022, pertumbuhan penjualan properti residensial adalah 4,54% yoy. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang 13,58% yoy.

“Penjualan pada triwulan IV 2022 yang melambat terutama disebabkan oleh penurunan penjualan tipe rumah menengah yang terkontraksi sebesar -18,88% (yoy). Lebih lanjut, penjualan rumah kecil dan besar tercatat tumbuh melambat sebesar 14,44% (yoy) dan 17,28% (yoy), lebih rendah dari 30,77% (yoy) dan 19,73% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

“Responden menyampaikan bahwa sejumlah hambatan dalam penjualan properti residensial primer dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: i) Kenaikan harga bahan bangunan (24,63% dari jawaban responden), ii) Masalah perizinan/birokrasi (14,41%), iii) Suku bunga KPR (15,27%), iv) Proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (12,01%), dan v) Perpajakan (8,83%),” terang laporan BI.

Secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), penjualan rumah bahkan mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 7,22%. Kontraksi penjualan rumah secara kuartalan disebabkan oleh penurunan penjualan pada seluruh tipe rumah, yaitu tipe kecil (-4,55%), tipe menengah (-19,5%), dan tipe besar (-15,77%).

Sumber: BI

Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) memang menentukan minat konsumen untuk membeli properti residensial. Ini karena mayoritas konsumen masih mengandalkan KPR untuk membeli rumah.

“Skema pembiayaan KPR masih menjadi pilihan responden dalam melakukan pembelian rumah primer dengan pangsa sebesar 75,03% dari total pembiayaan, diikuti oleh tunai bertahap (18,22%) dan secara tunai (6,76%),” ungkap laporan BI.

Sumber: BI

Per akhir kuartal IV-2022, BI mencatat rata-rata suku bunga KPR ada di 7,98%/tahun. Sama seperti kuartal sebelumnya tetapi lebih rendah ketimbang rerata kuartal IV-2021 yang sebesar 8.2%.

Sumber: BI

(aji/wdh)

No more pages