Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjalani pekan ‘horor’ usai libur panjang perayaan Hari Raya Idul Fitri. IHSG terseret ‘tsunami’ pelemahan bursa saham Asia.

Kemarin, Jumat (19/4/2024), IHSG ditutup di posisi 7.087,32. Anjlok 1,11% dan menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.

Sepanjang pekan ini, IHSG melorot 2,74% secara point-to-point.

IHSG (Sumber: Bloomberg)

Investor asing membukukan jual bersih (net sell) Rp 4,51 triliun sepanjang pekan ini. Meski selama 2024, asing masih beli bersih (net buy) Rp 12,12 triliun.

Berikut adalah saham-saham yang menjadi top losers pekan ini, dengan koreksi terdalam mencapai lebih dari 45%:

Sumber: BEI

Bursa Asia 'Membara'

Tidak hanya IHSG, indeks saham utama Asia pun berisi ‘lautan merah’. Nikkei 225 (Jepang), Sensex (India), SETI (Thailand), Straits Times (Singapura), Hang Seng (Hong Kong), hingga PSEI (Filipina) terkoreksi masing-masing 6,21%, 1,56%, 4,96%, 1,26%, 2,98%, dan 3,25%.

Kejatuhan bursa saham Asia dipicu oleh pernyataan para pejabat teras Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve. Dalam sebuah diskusi panel di Washington DC, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga acuan mungkin akan tertunda karena ekonomi Negeri Adikuasa yang masih digdaya.

“Sejumlah data terakhir jelas tidak membuat kami percaya diri dan memberi indikasi mungkin butuh waktu lebih lama untuk mencapai keyakinan itu. Dengan solidnya pasar tenaga kerja dan inflasi sejauh ini, maka menjadi layak (appropriate) untuk menerapkan kebijakan restriktif  lebih lama lagi dan melihat bagaimana data berkembang,” jelas Powell, seperti diwartakan Bloomberg News.

Gubernur The Fed Atlanta Raphael Bostic pun memberi penyataan bernada hawkish. Bostic menyebut merasa nyaman mempertahankan suku bunga tetap stabil saat ini, dan menegaskan tidak berpikir akan tepat untuk menurunkan suku bunga acuan hingga akhir tahun.

"Inflasi tinggi--terlalu tinggi--dan kita harus mencapai target 2%," kata Bostic di Fort Lauderdale, Florida. "Saya merasa nyaman untuk bersabar."

Sikap para pejabat The Fed tersebut memberi indikasi bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama alias higher for longer. Akibatnya, pelaku pasar memilih aset-aset berbasis dolar AS dan meninggalkan instrumen berisiko di negara berkembang.

Perilaku flight to quality makin menjadi akhir pekan ini. Penyebabnya adalah Israel yang dikabarkan melakukan serangan balasan kepada Iran, setelah Negeri Persia menggempur wilayah Negeri Bintang Daud dengan misil dan pesawat nir-awak (drone) akhir pekan lalu.

Bloomberg News mengabarkan, Israel melancarkan serangan rudal ke Iran, menurut dua pejabat Amerika Serikat (AS).

Sebuah ledakan terdengar pada Jumat di kota Isfahan, kantor berita semi-resmi Fars melaporkan. Penerbangan ditangguhkan di Isfahan dan kota-kota seperti Teheran dan Shiraz, seperti dilaporkan kantor berita Mehr.

Penyebab dan rincian ledakan tersebut tidak diketahui, menurut Fars. Namun Isfahan adalah basis beberapa pangkalan dan fasilitas militer yang diyakini sebagai salah satu dari beberapa tempat peluncuran serangan Iran pada 13 April.

"Peningkatan eskalasi antara Israel dan Iran direspons negatif oleh bursa-bursa di kawasan Asia termasuk Indonesia," ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy.

(aji)

No more pages