Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kembali melemah dalam pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat (19/4/2024) tersengat sentimen negatif pasar global yang tertekan wacana potensi kenaikan lagi bunga Federal Reserve akibat inflasi yang menguat.

Rupiah dibuka melemah 0,61% ke kisaran Rp16.278/US$, menjadi valuta Asia terlemah ketiga setelah won Korea Selatan (-1,29%) dan peso Filipina (-0,6%). Sementara dolar Taiwan juga melemah (-0,45%), dong Vietnam (-0,31%) juga dolar Singapura (-0,21%).

Nyaris semua mata uang Asia pagi ini terkapar akibat penguatan dolar AS yang semakin digdaya disulut pernyataan hawkish para pejabat The Fed. 

Rupiah sudah menjebol level support dan kini bergerak menuju Rp16.300/US$ sebagai level psikologis pelemahan terdekat. 

Tiga pejabat The Fed memberikan pernyataan yang membuat 'nyali' pelaku pasar kembali surut.

Gubernur The Fed New York John Williams menyatakan, meskipun pemangkasan bunga masih menjadi skenario utama The Fed tahun ini akan tetapi ia tidak menutup menutup peluang kenaikan suku bunga bila data inflasi menunjukkan hal tersebut dibutuhkan. Menurutnya, The Fed tidak perlu terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan data ekonomi akan menentukan waktunya.

Sementara itu, Gubernur Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic mengatakan dia merasa nyaman mempertahankan suku bunga tetap stabil saat ini, dan menegaskan bahwa dia tidak berpikir akan tepat untuk menurunkan biaya pinjaman hingga akhir tahun.

Bahkan Gubernur Fed Minneapolis Neel Kashkari menilai bukan tidak mungkin bunga The Fed akan dipertahankan sepanjang tahun ini terutama bila data inflasi tidak memperlihatkan terjadinya penurunan.

Menteri Sri tenangkan pasar

Dalam wawancara dengan Bloomberg TV di sela-sela pertemuan IMF dan World Bank di Washington, Amerika, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati menyatakan, pemerintah RI bersama Bank Indonesia bekerja erat untuk memastikan perekonomian Indonesia terlindungi dari dampak kenaikan dolar Amerika yang telah menjatuhkan rupiah.

"Kami bekerja sangat erat dengan Gubernur Perry [Perry Warjiyo]," kata Sri Mulyani dalam wawancara ekslusif tersebut.

Pemerintah, katanya, fokus untuk memastikan bahwa kebijakan fiskal dapat berfungsi sebagai peredam guncangan yang efektif dan kredibel.

Aksi jual hari ini dipastikan melanda pasar surat utang akibat sentimen negatif global. 

"Volatilitas pasar akan kembali naik akibat pernyataan William [The Fed] sehingga yield 10Y INDOGB dan INDON berpotensi naik ke rentang masing-masing 6,95-7,05% dan 5,45-5,55%. Rupiah juga berpotensi tertekan lagi ke Rp16.200-16.300/US$," kata Lionel Prayadi, Fixed Income and Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatan pagi, Jumat (19/4/2024).

Data Bloomberg mencatat, surat berharga negara tenor 2Y saat ini bergerak ke 6,89%, sementara tenor 10Y ke ksiaran 6,93%. Sedangkan IHSG dibuka melemah 0,94% tertekan aksi jual yang kembali marak.

(rui)

No more pages
Ramadan 2025