Bahkan Gubernur Fed Minneapolis Neel Kashkari menilai bukan tidak mungkin bunga The Fed akan dipertahankan sepanjang tahun ini terutama bila data inflasi tidak memperlihatkan terjadinya penurunan.
Pernyataan-pernyataan itu langsung memicu aksi jual di pasar di mana pemodal kembali menyerbu dolar AS. Indeks dolar AS mendaki lagi mendekati 107. Sementara imbal hasil Treasury, surat utang AS, melambung lagi di semua tenor di mana UST-2Y naik 3,9 bps ke 4,97% dan 10Y naik lagi ke 4,61%. Sedangkan indeks saham S&P 500 serta Nasdaq semalam juga ditutup semakin turun.
Lanskap ini tidak menguntungkan bagi aset-aset di pasar emerging market termasuk rupiah. Rupiah akan kembali tertekan setelah dalam perdagangan kemarin berhasil ditutup menguat.
Semalam di pasar offshore, kontrak forward rupiah ditutup menguat tipis 0,04% dan pagi ini stabil bergerak di kisaran Rp16.222/US$.
Secara teknikal, rupiah bisa semakin terkoreksi menuju area level Rp16.200-Rp16.220/US$. Bila level itu jebol, rupiah bisa semakin terpuruk ke kisaran Rp16.250-Rp16.300/US$ sebagai level support psikologis terkuat.
BUMN tahan borong dolar AS
Rupiah kemarin sejatinya mulai beringsut bangkit meski masih di kisaran Rp16.000/US$. Aksi beli pemodal di pasar surat utang yang mulai kembali, memberi sokongan pada rupiah. Begitu juga indeks saham yang akhirnya ditutup menguat tipis.
Investor banyak memburu Surat Berharga Negara (SBN) tenor menengah 5Y dan panjang di atas 10Y. Namun, tenor 2Y terperosok tajam harganya dengan yield naik sampai 18,2 bps ke 6,7%. Selisih imbal hasil 2Y dan 10Y kini semakin sempit dengan yield INDOGB-10Y kini di 6,87%. Pasar surat utang memberi sinyal bersiap akan dikereknya bunga acuan BI rate dalam pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia pekan depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers insidental kemarin sore meminta perusahaan-perusahaan pelat merah BUMN untuk menahan diri dalam memborong dolar AS berjumlah besar di tengah tekanan yang dihadapi oleh rupiah.
Pemerintah RI melihat ketegangan di Timur Tengah sudah mulai mereda dan gangguan terhadap rantai pasok juga berkurang. Selain itu, dari sisi fundamental, perekonomian RI dinilai cukup kuat terindikasi dari kepercayaan investor yang masih besar.
Airlangga juga menyebut, depresiasi rupiah terjadi bersamaan dengan tekanan yang juga dialami oleh mata uang negara berkembang lain bahkan pelemahan rupiah diklaim masih lebih 'mendingan'.
Sementara ketika ditanya tentang potensi kenaikan BI rate dalam pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia pekan depan, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam kesempatan yang sama menyatakan ia meyakini BI terus memantau perkembangan yang ada saat ini.
Ia meminta BI menjaga fluktuasi rupiah di tengah kondisi gejolak ekonomi dan geopolitik dunia. Suahasil menekankan, volatilitas merupakan hal penting yang harus dijaga agar pemerintah lebih mudah menyusun kebijakan ekonomi.
“Kalau terjadi volatilitas terlalu tinggi itu kan bikin perencanaan jadi susah. Kalau bergeraknya terlalu cepat naik turunnya, bikin perencanaan itu repot. maka menjaga volatilitas jadi sangat penting,” kata Suahasil dalam Konferensi Pers Perkembangan Isu Perekonomian Terkini, Kamis (18/4/2024).
(rui)