Jika mengacu pada harga jual dan buyback emas Antam, terlihat ada selisih Rp105.000/gram dengan harga buyback lebih murah. Lantas, mengapa hal itu terjadi?
Perbedaan harga itu sedianya memang mengacu pada logam mulia emas ini memang biasanya cocok diinvestasikan dalam jangka panjang. Pasalnya, emas tidak akan terpengaruh terhadap inflasi.
Namun, penjelasan mengenai adanya selirih harga tersebut yakni memang perusahaan penjual emas, seperti Antam, turut memperhitungkan biaya operasionalnya seperti biaya produksi, gaji pegawai, hingga promosi. Hal itu lah yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam membedakan harga jual dan buyback emas.
Selain itu, perusahaan penjual emas meas juga turut mempehitungkan selisih antara harga jual dan beli emas atau spread, berdasarkan acuan harga emas dunia. Spread ini biasanya ditetapkan oleh perusahaan atau pedagang yang membeli emas kembali dari investor atau konsumen.
Fluktuasi harga emas memiliki dampak langsung pada harga buyback emas. Saat harga emas naik, harga buyback emas juga meningkat. Hal ini karena pegadaian ingin menarik kembali emas yang digadaikan agar dapat dijual kembali dengan keuntungan.
Sebaliknya, ketika harga emas turun, harga buyback emas juga turun. Dalam hal ini, penjual ingin meminimalisir kerugian, dengan adanyanbiaya operasional tadi dengan membeli kembali emas pada harga yang lebih rendah.
Selain itu, kualitas meas juga turut diperhitungkan dan memiliki pengaruh yang signifikan dalam harga buyback. Emas dengan tinggi, seperti 24 karat pasti memiliki nilai tinggi dibandingkan dengan kadar yang lebih rendah.
Keberadaan sertifikat keaslian emas dari lembaga tepercaya juga turut mempengaruhi dan meingkatkan nilai emas.
Antam, emas batangannya mengeklaim telah memiliki sertifikasi LBMA (London Bullion Market Association, sebuah lembaga asosiasi pedangan logam mulia dalam menjamin standar mutu logam dunia.
(ibn/lav)